Selasa, 11 Oktober 2011

airmata terakhir

by ; rayon de lune

Dipagi yang dihiasi hujan dari semalam, terdengar suara mengejutkan dari kamar atas……..
“Gloooooddaaaaakk”
“Aduuuh… ah, masak iya kejadian lagi… hem” Kianan mengeluh.
Sementara itu ada suara Bundanya dari bawah memanggil Kinan.
“Nan, ayo cepetan turun, nanti kamu telat berangkat ke sekolahnya”
“Iya Bunda”
Saat dikamar Kinan…..
“Ah, lagi-lagi mimpi itu datang dan membuat aku jatuh dari tempat tidur lagi. Hem buruk” gerutu Kinan didepan cerminnya.


“Bun, Kinan berangkat dulu ya. Assalammu’alaikum” kata Kinan sambil cium tangan.
“Wa’alaikummussalam. Hati-hati Nan”


Sesampainya disekolah, dia menghela nafas dan berhenti sejenak. Dan saat itu Lukman, pacarnya, menghampirinya.
“Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikummussalam. Eh, huft kamu”
“Eh, lha kok jutek???”
“Nanti wae tak certain. Lagi males. Eh, ayo masuk uda mau ditutup”
“Mesti itu lagi deh. Hem”
“Iya”
Perckapan singkat itu terjadi. Karena Kinan sedang “Bad Mood” dengen mimpinya semelem, jadi Lukman memilih diam terlebih dahulu. Dan mereka masuk ke kelas mereka masing-masing.


“Yang…”
“Eh, iya…” Kinan menoleh kearah Lukman.
“Katanya mau cerita tadi???”
“Kayaknya kamu sudah tahu ceritaku deh”
“Iya. Tentang dia lagi kan??”
“He’em. Ngerebut kamu. Aku didorong dan jatuh lagi”
“Aku sudah ga sayang dia lagi. Aku cuma sayang kamu Nan”
“Iya, aku tahu” suaranya sedikit terisak dan menunduk.
“Jangan nangis lagi sayang” kata Lukman sambil memegang tangan Kinan.
“Aku takut Man. Aku takut”
“Jangan takut ya. Aku disini”
“Aku takut kehilangan kamu, cintamu, sayangmu, dan semua yang ada pada dirimu Man”
“Nan, aku kan sudah janji sama kamu. Aku akan selalu saying sma kamu, njagain kamu, dan selalu ada buatmu”
“Tapi gadis itu Man…..” kata-kata Kinan terhenti saat Lukman memeluknya dengan erat.


Setelah beberapa saat….
“Sudah tenang Nan??”
“Makasih ya Man”
“Kamu tahu apa yang paling aku inginkan Nan???”
Kinan tak menjawab dan hanya mengangkat kepala keatas.
“Aku ingin memilikimu sepenuhnya dan selamanya…”
“Man, kalau seandainya aku mati nanti….” kata-kata Kinan terputus saat Lukman menutup mulut Kinan.
“Kamu lupa mimpi kita kelak untuk hidup bersama? Membangun suatu keluarga? Mempunyai dua orang anak? Kamu lupa Nan?” tanya Lukman sambil memegang tangan Kinan.
“Nggak Man, aku sama sekali ga lupa”
“Jangan dillupain ya?”
“Iya”
Lukman melihat Kinan tersenyum manis untuknya. Dan Lukman pun memberikan senyum untuk Kinan. Lalu, mereka memutuskan kembali ke kelas masing-masing karena waktu istirahat akan berakhir.
“Nan…”
Kinan menoleh dan menjawab “Apa Man?”
“Nanti pulang bareng ya?”
“Iya Man” jawab Kinan dengan tersenyum lalu masuk kelas. Dan diikuti Lukman yang masuk ke kelasnya sendiri.


Saat dikelas Kinan melamun dan dikejutkan oleh teman sebangkunya Mila.
“Nan…..”
“Eh, iya Mil, iya bener kok jawaban itu” jawab Kinan.
“Emang aku tanya apa Nan ke kamu?” kata Mila heran.
“Soal itu kan, emang jawabannya itu”
“Kamu ngelantur ah Nan, orang aku ga tanya apa-apa kok ke kamu. Aku cuma mergoki kamu ngelamun tadi”
“Oh.. maaf Mil, ga sengaja kok aku”
“Kamu ada masalah sama Lukman?”
“Enggak kok Mil, aku sama Lukman baik-baik aja malahan”
“Oh.. kirain”
Walaupun Mila tak diberi tahu oleh Kinan, tapi dia tahu kalo Kinan sedang memikirkan soal Lukman. Namun Kinan memang pintar menyembunyikan perasaannya.
Disaat yang sama, Lukman memikirkan kekasihnya. Ia ingin membuat Kinan bahagia. Batinnya.


Saat pulang sekolah…..
“Mil, aku pulang dulu yaa..”
“Bareng Lukman?”
“Iya, dia ngajak bareng tadi, hehe” kata Kinan sambil memaksakan tertawa.
“Yaudah kalo gitu. Hati-hati ya kalian”
“Iya Milaaa”


Diparkiran sepeda..…
“Sayang…”
“Iya”
“Ayo pulang”
“Iya”
Kinan hanya menjawab sepatah kata, namun tak disadarinya Lukman menggandeng tangannya dan akhirnya Kinan tersadar dan menatap wajah Lukman dengan hangat.
“Nan, kalo seandainya saja ada cowok lain yang lebih dari aku, dan cowok itu deketin kamu, terus minta kamu buat jadi pacarnya, kamu mau?” tanya Lukman panjang.
“Nggak akan Man, aku ga akan menerimanya. Mau seberapa baiknya mereka kepadaku. Aku tetap pada pendirianku”
“Nan, aku ga mau kehilangan kamu..”
“Aku juga tidak. Man apa kamu rela kalo aku mati lebih dulu?”
“Maksud kamu?” Lukman tersentak dan menghentikan sepedanya.
“Aku rasa aku ga kuat Man. Aku ga kuat kalo tiap hari aku selalu dibayang-bayangi semua cewek yang ada didekatmu”
“Tapi kan aku ga ada apa-apa sama mereka Nan”
“Aku tanya, apakah kamu akan merasa biasa saja kalo seandainya aku yang ada diposisi kamu itu?”
“Kamu mau melakukannya?”
“Tidak”
“Lalu mengapa tak pernah kamu percaya padaku?”
“Apa kamu bisa bayangi kalo seandainya saja dalam satu hati terdapat dua insan. Yang satu menjaganya dengan harapan tak pernah menyakitinya, tapi yang satu lagi juga menjagaya tapi tak pernah menjaga apa yang seharusnya tidak ia lakukan?”
“Apa maumu sekarang?”
“Aku hanya mau kau benar-benar tau bagaimana caranya menjaga separuh hatiku”
“Apa kurang aku menjaganya selama ini?”
“Pikirkan apa yang aku katakana. Kamu akan tahu jawabannya”
“Nan, kasih aku penjelasan kenapa kamu kayak gini?”
“Hanya satu kata. Cemburu”
Lukman terdiam. Ternyata dia membuat Kinan cemburu lagi.
“Aku ga bermaksud Nan”
“Memang tak pernah bermaksud. Tapi, candaan itu membuat hatiku sakit. Disaat aku begitu memperhatikanmu, tapi kamu justru melakukan hal yang seharusnya ga aku lihat. Bercanda dengan cewek itu. Makasih Man, turun sini saja”
“Tapi, masih jauh….”
“Aku bisa jalan kaki”
Lukman tahu, seberapa kuat dia mengejar Kinan. Dia tak akan pernah mau.


Sesampainya dirumah….
Kinan membanting tubuhnya kekasur dan mendekap bantal yang ada disana, sambil menangis.
“Ya Allah… aku terlalu sayang sama dia, hiks hiks hiks” desah Kinan dalam airmatanya.
Sebuah buku diary kecil diambilnya dan mulau menuliskan kata….
“Ya Allah…apakah aku salah mencintai dia begitu dalam? Aku terlanjur sayang padanya. Tak mungkin aku hapus dia begitu saja. Kadang hatiku sakit dibuatnya. Tapi lebih sakit lagi merasakan perubahan sikapnya. Apa yang ingin aku katakn tak pernah bisa ku katakan dihadapannya. Tak pernah bisa kuungkapakan. Jika aku sayang sama dia.
Ya Allah…seandainya aku tak disampingnya. Tetaplah jaga dia. Jaga hatinya. Untuk teptap bersamaku. Seandainya aku jauh darinya. Berikan sesuatu yang dapat membuatnya bahagia dalam sepinya. Berikan dia waktu yang lama untuk dapat menggapai segala citanya.
Ya Allah..ijinkan aku untuk melihatnya bahagia selama hidupnya. Tak peduli aku seperti apa. Aku ingin ini menjadi airmata terakhirku.
Kinan menatap langit sore itu. Dia terbayang wajah Lukman. Dan dia tersenyum.
“Man, aku janji akan tetap tersenyum dalam setiap keadaanku”


Seminggu kemudian…….
Kinan merasa sekarang dia lebih ringan menjalani kisahnya bersama Lukman. Karena sikap Lukman yang berubah menjadi lebih baik lagi. Dan tentunya semakin sayang, semakin cinta, dan semakin perhatian pada Kinan.


Dan pada akhirnya Cinta mereka abadi selamaya, samapai mimpi mereka terwujud, dan menjadi keluarga kecil yang bahagia.

Sabtu, 04 September 2010

untukmu

-UNTUKMU-

By : rayon de lune

Pagi itu awan awan mendung menyelimiti kota Jakarta yang sudah sibuk sejakmatahari terbit. Pagi itu adalah hari senin, hari yang sibuk untuk semua orang termasuk anak sekolahan seperti Dian dan Mira yang tidak lain adalah sahabat sejak lahir. Mereka ditakdirkan tinggal dalam komplek yang sama dan rumah merekapun berdekatan.
“Mira…… ayo berengkat” teriak Dian dari gerbag rumah Mira.
“Iya Yan bentar. Ma, mira berangkat dulu” kata Mira sambil mencium tangan mamanya.
“Ayo berangkat” ajak Dian.
“Yuk” sahut Mira.
Sambil berjalan menuju SMA BINTANG yang tidak begitu jauh dari rumah mereka, Dian menceritakan sesuatu pada Mira.
“Ra, tadi malem aku bermimpi ketemu sama pangeran yang cakep banget, dai pakai baju putih, terus orangnya tinggi, dan……….. dia juga mengucapkan kata-kata yang indah buat aku. Dia bilang “I Love You” gitu Ra. Ya ampun cakep banget” kata Dian panjang.
“Wah kayaknya sebentar lagi kamu bakalan dapet cowox tu Yan. Nanti kalau udah dapet cowok, kamu traktir aku ya…..” jawab Mira.
“Ye…… kamu ini. Baru aja mimpi, memangnya bisa terwujud?” kata Dian.
“Ya… mungkin aja”
Tak terasa mereka sudah sampai disekolah. Dan mereka berdua berjalan menuju kelas. Namun sampai didepan perpustakaan, Dian tiba-tiba masuk dan langsung menghilan dirak-rak yang menyimpan buku. Maklum Dian suka baca buku.
“Dian…….. eh mau kemana?” tanya Mira.
“Sstt…. aku mau baca buku dulu” jawab Dian.
“Inikan masih pagi, nanti aja kalau udah istirahat” kata Mira. Namun Dian tidak menjawabnya, “Ya udah aku kelas dulu” sambung Mira. Dan ditengah jalan dia bertemu denan cowox yang belum dikenalnya. Namun Mira memandang cowok itu dengan tatapan penuh arti. Namun dia segera mengalihkan pandangannya karena dia sudah sampai dikelas.
Selang 10 menit Dian datang.
“Lama banget?” tanya Mira.
“Ah…. biasa dari pada dikelas, mending diperpustakaan nungguin bel” jawab Dian.
Teeeet………teetttt……
“Tu kan” kata Dian.
Hari itu pelajaran pertama adalah Matematika, dan saat itu Pak Heru guru matematika datang bersama Kepala Sekolah.
“Anak-anak, bapak akan memperkenalkan teman baru kalian yang mulai saat ini akan belajar bersama kalian. Ayo masuk nak!” kata Kepala Sekolah sambil menyuruh anak itu masuk. Dan ketika masuk Mira dan Dian terkejut bersamaan.
“Ayo nak pekenalakan diri kamu!” perintah Pak Heru.
“nama saya Ananda Rizal Pradana, biasa dipanggil Rizal dan saya adalah murid pindahan dari SMA 2 BANDUNG. Terima kasih” kata cowok itu.
“Nah sekarang silahkan bergabung dengan teman-teman kamu, Bapak tinggal dulu” kata Kepala Sekolah.
“Terima kasih pak” kata Rizal.
Diakan cowok yang aku lihat tadi pagi, Mira menggumam dalam hati sambil memperhatikan cowok itu. Sementara itu Dian histeris sambil berkata “Ya ampun Ra, jodoh nggak kemana” katanya.
“Maksudmu?” tanya Mira binggung.
“Itu si Rizal. Dia itu pangeran dalam mimpi aku yang aku certain sama kamu tadi pagi. Cowok yang cakep banget” kata Dian.
“Jadi itu pangeranmu?” tanya Mira.
“Iya….. cakep ya ra?” kata Dian.
Mira hanya tersenyum untuk sahabatnya itu. Karena Mira juga merasa ada perasaan suka sama Rizal. Tapi dia tak mungkin mengatakannya.
Setelah pelajaran disekolah usai dua sahabat ini pulang dengan jalan kaki. Dan ditengah jalan jalan mereka bertemu dengan Rizal. Dan merekapun mendekatinya.
“Rizal…..” panggil mereka.
“Eh, kalian sedang apa disini? Ini Mira sama Dian kan?” kata Rizal sambil menunjuk mereka berdua.
“Kamu tahu?” tanya Dian.
“Iya, kaliankan temen satu kelasku. Masak aku nggak tau” jawab Rizal.
Mira menatap wajah Dian yang tersipu malu saat melihat rizal. Disisi ini dia senang karena bisa melihat sahabatnya tersenyum, namun dissi lain dia begitu kecewa karena Rizal adalah pangeran dalam mimpi Dian.
“Rumah kalian mana?” tanya Rizal.
“Ehm, ini digang ini. Rumah aku pagar biru dan rumah Dian pagar pink itu” kata Mira sambil menunjuk rumah diujung jalan.
“Oh…. kalau rumah aku gang sebelah. Kapan-kapan main ya!” kata Rizal sambil melambaikan tangan pada keduanya.
“Iya….” jawab mereka.
Hari demi haripun berlalu. Tak terasa pula mereka menjadi lebih dekat. Dan ternyata Rizal, pangeran impian Dian selama ini justru trtarik pada Mira. Begitu juga sebaliknya, perasaan Mira ke Rizal tak dapat dihilangkan.
Hingga pada suatu hari……
“Yan, aku mau ngomong sesuatu nie ma kamu” kata Rizal ketika mereka bertemu dikantin.
“Mau ngomong apa? Duduk sini Zal!” kata Dian sedikit deg-degan.
“Gini, aku sebenarnya mau jujur sama kamu, kalau sebnarnya, aku ini….hmmm, suka sama Mira” kat Rizal.
“Mira?” tanya Dian sedikit kaget dan kecewa juga.
“Iya Mira. Aku suka sama dia sejak pertama ketemu dia. Tapi, aku nggak berani ngomong sama dia. Dan aku cerita begini ke kamu, karena aku pengen kamu bantuin aku! Kamu mau kan?” tanya Rizal.
“Ehm… iya aku bantu”
Betapa sedih dan kecewa hati Dian, karena dia tahu bahwa pangeran impiannya itu malah menyukai sahabatnya sendiri. Mira. Namun, diapun sudah berjanji pada Rizal akan membantunya. Yang namanya janji pastilah harus ditepati. Walau sebenarnya hati dian sangat tidak mau melakukannya. Dan dia tetep harus melakukannya.
“Ra, nanti malam aku nginep dirumah kamu ya?” tanya Dian.
“Emang kenapa Yan? Mama Papa kamu mau pergi ya?” kata Mira.
“Enggak Mir. Cuma kange aja ama kamu” jawab Dian.
“Kitakan tiap hari ketemu, masak kangen?” goda Mira.
Dian hanya tersenyum kecil. Mira yang sudah lama berteman dengan Dian menangkap raut wajahnya yang tak biasa. Mira bertanya dalam hati, ada apa dengan sahabatnya itu?
Malam itu Dian sudah mengetuk pintu rumah Mira dan yang membuka pintu adalah mamanya Mira.
“Eh, Dian… masuk sini, Mira ada diatas” kata mama Mira.
“Iya Tante. Tante mau kemana sudah rapi?” tanya Dian.
“Tante sama Om mau ngehadirin resepsi pernikahan rekan kerja tante. Jadi tante tinggal dulu ya… untung malam minggu ini Mira ada yang nemenin. Tante berangkat dulu ya” pamit mama mira yang sudah ditunggu papa Mira di mobil.
“Iya tante”
Tok……tok…..tok…..
“Masuk Yan” kata suara didalam kamar.
“kok tau aku yang dating Mir?” tanya Dian sambil senyum.
“Tahu donk” kata Mira. “Sini duduk” lanjutnya sambil menarik tangan Dian.
“Ra, aku mau tanya soal Rizal. Menurut kamu dia gimana?” tanya Dian dengan muka serius.
“Gimana apanya?” jawab Mira agak terkejut.
“Ya orangnya gimana?” desak Dian.
“Baik kok, kata kamu dia cekep, ya sama aja kayak pendapat kamu” kata Mira.
“Kamu suka sama dia?” tanya Dian.
“Heh? Kok kamu nanya gitu sih Yan? Eh udah makan Yan? Aku ambilin dulu ya?” kata Mira cepat-cepat keluar kamar.
Mengetahui sikap Mira yang tiba-tiba gugup itu, Dian mengira bahwa Mira suka sama Rizal. Sambil menungguMira kembali, Dian melihat-lihat meja disamping tempat tidur Mira. Disana Dian menemukan diary berwarna pink, sesuatu yang janggal pun terpikir. Dan Dian akhirnya mengambil diary itu dan membaca halaman terakhir yang terdapat tulisannya………..
“ 6 Februari 2010
Diary….. aku menyukai seseorang yang disukai oleh temanku, bahkan sahabatku. Namanya Dian. Aku menyukai Rizal, Ananda Rizal Pradana. Aku suka dia. Tapi Dian juga. Aku tak mungkin menghancurkan mimpi dari sahabatku sendiri. TAK MUNGKIN!”
Dian tersentak, dan cepat-cepat menutup diary itu karena langkah kaiki Mira sudah terdengar.
“Makan dulu Yan!” kata Mira.
“Iya” jawab Dian.
Setelah selesai makan, mereka hanya bermain game dilaptop, dan setelah itu tidur. Saat Mira terlelap, Dian terbangun dan berkata “Aku akan nyatuin kamu sama Rizal Ra, aku janji” sambil mengelus kepala Mira.
Hari senin tiba lagi dan saat itu Mira duduk sendiri tanpa ditemani Dian, karena sahabatnya itu sedang sakit. Dan Mira berencana pulang sekolah akan menjenguknya. Saat pulang sekolah tiba. Dan Rizal pun ingin ikut menjenguk.
“Ra aku ikut jenguk Dian ya?” tanya Rizal.
“Iya, boleh kok Zal” kata Mira.
Dalam perjalanan mereka berdua hanya diam. Dan akhirnya sampai dirumah Dian. Tok…..tok…..tok……
“Dian ada tante” tanya Mira.
“Ada, silahkan masuk. Dian diatas” kata mama Dian. Dan mereka berduapun langsung masuk ke kamar Dian. Tapi ternyata sampai di kamar Dian suasana berubah, ruangan menjadi gelap dan akhirnya Dian muncul setelah menyalakan lampu.
“Dian? Kok kamu turun dari tempat tidur sih? Apa jangan-jangan kamu tu nggak sakit?” tanya Mira.
“Aku emang sakit. Aku sakit kalau aku harus merebut Rizal dari kamu, aku sakit kalau kalian nggak bersatu” kata Dian.
“Maksud kamu apa Yan” tanya Mira.
“Aku udah tahu Ra, kamu suka sama Rizal kan? Dan nyatanya Rizal juga suka sama kamu. Dan kalau smpai aku memisahkan kalian aku berdosa” kata Dian. “dan aku akan sembuh, kalau kalian bisa bersama, kamu mau kan Ra?” sambung Dian.
Lalu Dian menyatukan tangan Rizal dan Mira. Dian pun tersenyum dan Mira langsung memeluk Dian.
“Makasih ya Yan, kamu udah berkorban banyak buat aku?” kata Mira yang berlinang air mata.
“Iya. Kerena Rizal untuk kamu”

tentang bintang

TENTANG BINTANG


By : rayon de lune

“Bintang…..bintang…..bintang…….”
“Apa tho??? Teriak teriak dari tadi, budeg nih kuping tauuuu….” sahutan gadis manis itu agak kesal.
“Kamu dipanggil nggak nyaut nyaut sih” kata cowok berambut cepak itu.
“Iya sayaaankkkk” kata Bintang.
“Ntar pulang bareng aku yah?????” tanya cowok itu, yang tak lain adalah pacar Bintang, Gilang namanya.
“Mank mau kemana Lang?” jawab Bintang balik nanya.
“Mau tak ajak beli kado buat mama yank. Mau kan??”
“Owh…”
“Kok cuma owh??”
“Iya Gilang……”
Jawaban Bintang mengakhiri pembicaraan mereka ditaman sekolah. Dan mereka berdua kembali ke kelas masing masing. Sedikit cerita, pada awalnya mereka tak saling suka, malahan si Bintang benci banget sama yang namanya Gilang, karena dia dikenal sebagai cowok playboy, sombong, sok tahu. Tapi pada akhirnya eksul basket yang menyatukan mereka samapai sekarang ini. Ya cile……temen temen mereka pun samapai tak percaya. Tapi ya Tuhan telah mempersatukan mereka baedua.
“Yank…..bagusnya mama dikasih apa nie??”
“Lha apa ug Lang, mamamu sukanya apa?”
“Aku kesini ngajak kamu biar bisa milihin Tang, bukan malah ikut ikutan binggung” Gilang agak kesel.
“Ya ampun…. Ngambek? Marah? Cuma kayak gitu aja lho?” kata Bintang.
“Lha kamu itu……..”
“Iya, iya maaf Lang. gimana kalau mama kamu dikasih tas aja?”
“Kamu jangan keseringan gitu ah. Ehm, boleh, cari dimana?”
“Aku tau butik yang jaual tas tas yang bagus Lang, tu disebrang jalan” kata Bintang sambil menunjuk butik kecil disebrang jalan.
“Yaudah kita kesana ya yank???”
“Iya”
Akhirnya tas mungil yang berwarna merahlah yang dipilihkan Bintang untuk mamanya Gilang. Dan mereka mengakhiri hari dengan makan ice cream di pinggir jalan. Hhehehe ^^. Gilang mengantar pulang Bintang samapai ke rumah, niat ingin bertemu orang tua Bintang harus tertunda, karena tak ada orang dirumah,
“Cinta makasih ya udah mau nemenin aku cari kado buat mama”
“Namaku kan Bintang Lang, bukan cinta?”
“Ah…kamu diajak mesra gak mau… iya deh, makasih Bintang sayaaaankkk”
“Namaku Bintang Putri Hapsari, bukan Bintang sayaaaankkk”
“Yaudah deh. Aku pulang dulu ya Tang.”
“Iya Gilang sayaaankkk”
“Nah…gitu donk Tang, sekali kali buat aku seneng”
“Emang selama ini kamu nggak seneng tah Lang?”
“Seneng kok Tang, yaudah aku pulang dulu ya Tang” sambil melambaikan tangan pada Bintang.
“Hati hati Lang” Bintang membalas lambaian Gilang dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
Setelah pamitan, Gilang tersenyum mendengar jawaban dari Bintang. Dan lansung pulang. Bintang pun tersenyum pada Gilang dan menunggunya samapi tak dapat terlihat oleh mata Bintang lagi. Cinta Bintang terlalu tulus mungkin untuk Gilang, karena itulah apapun yang dikatakan oleh temanya tentang Gilang dia hanya berkata “Gilang pasti berubah”. Saking percayanya Bintang pada Gilang, dia mau Gilang berubah menjadi cowok lebih baik.
Malam itu adalah malam yang paling tragis buat Bintang. Saat dia ingin menuju ke supermarket untuk membeli makanan ringan dia tertabrak mobil yang ada didepannya. Saat itu juga Bintang dilarikan ke Rumah Sakit yang ada didaerah tersebut. Keluarga Bintang yang tau hal itu langsung menuju ke Rumah Sakit.
“Dokter, bagaimana keadaan anak saya Bintang? Apakah dia baik baik saja?” tanya ayah Bintang yang terlihat sangat cemas begitu juga dengan ibunya.
“Saya belum bisa memastikan keadaan anak bapak sebelum vdia siuman. Jadi teruslah berdoa untuk anak bapak” kata sang dokter.
“Baiklah dok, apakah kami boleh menjenguknya?”
“Tentu, silahkan!”
Saat itu juga ibu bintang langsung menagis dan memeluk anak semata wayangnya itu. Tak terkecuali ayahnya yang mencoba menenangkan ibunya
“Yah, Bintang yah… anak kita akan baik baik saja kan yah?”
“Bunda tenang ya, Bintang anaknya kuat. Dia akan baik baik saja.
Pagi itu sekolah terlihat sepi, tak seperti biasanya. Temen teman Bintang menanyakan kenapa Bintanhg tidak masuk, tapi tidak ada satu pun yang tau kenapa Bintang tidak masuk. Termasuk Gilang.
“Lang, si Bintang kemana? Hari ini ka nada rapat eksul?” tanya Irma salah satu teman Bintang di eksul basket.
“Nggak tau Ma. Dari tadi dah aku telfon tapi nggak diangkat, aku sms juga nggak dibales” jawab Gilang.
“Apa kita temui dirumahnya aja ya Lang? takutnya ada apa apa sama Bintang” kata Hadiq sang ketua eksul.
“Iya, aku juga takut terjadi sesuatu sama Bintang”
Dan pada siang harinya setelah pulang sekolah, mereka mendatangi rumah Bintang yang sengat sunyi.
Tok…..tok……tok…..
“Assalammu’alaikum……”
“Dek nyari Bintang ya?” tanya tetangga Bintang yang kebetulan lewat di depan rumah Bintang.
“Iya bu, kok rumahnya sepi, Bintangnya kemana ya bu?” tanya Gilang.
“Bintangnya diRumah Sakit nak, habis kecelakaan kemarin malam. Dan orang tuanya pun juga disana untuk njaga dia”
“Kecelakaan????” Gilang sontak kaget.
“Terima Kasih bu” kata Irma dan Hadiq.
“Iya sama sama nak, ibu permisi dulu”
Irma dan Hadiq masih tak percaya kalau Bintang kecelakaan, apa lagi Gilang kekasihnya. Gilang binggung kenapa dia tidak diberi kabar tentang Bintang, padahal orang tua Bintang juga sudah mengenalnya. Banyak pertanyaan yang ada di pikirannya, apakah Bintang terluka parah? Apakah Bintang baik baik saja? Semua itu mengganggu pikiran Gilang, hingga pada akhirnya mereka bertiga sampai di Rumah Sakit.
“Lang, dah samapai ayo masuk, jangan melamun saja” kata Hadiq.
Gilang hanya mengangguk dan keluar dari mobil bersama Irma dan Hadiq. Sampai disana ternyata orang tua Bintang ada diluar, jadi Gilang mudah mencari kamar Bintang. Pada akhirnya mereka bertiga menghampiri kedua orang tua Bintang, untuk mengetahui apa yang terjadi dengan Bintang.
“Dok, bagaimana Bintang?” tanya ayah Bintang.
“Anak bapak kemungkinan besar tidak dapat melihat lagi karena benturan keras yang terjadi dikepalanya” jawab dokter dengan berat kata.
“Apaaaaa?” kata Gilang seperti tidak percaya.
“Nak Gilang” kata ibu Bintang yang menoleh kea rah Gilang.
“Nggak….itu pasti salah. Yang dibilang dokter pasti salah”
“Lang kamu yang sabar Lang, jangan kayak anak kecil gini” kata Hadiq mencoba menenangkan emosi Gilang.
“Iya nak Gilang, Bintang pasti tidak ingin kita semua disini sedih. Karena nanti Bintang juga akan sedih” kata ayah Bintang.
Mereka semua mencoba untuk tegar sebelum menemui Bintang yang sudah mulai siuman. Sebelum Bintang membuka mata, mereka sudah berada disampingnya, terutama Gilang yang ada disisi Bintang untuk memegang tangan kekasihnya itu. Dan saat Bintang membuka mata……….
“Bintang kamu sudah sadar?” kata ibunya sambil menagis.
“Bintang dimana? Kenapa gelap? Apa mati lampu Bun? Bunda dimana?” tanya Bintang yang terlihat binggung sambil mengedip ngedipkan matanya berulang kali.
“Sayank Bunda disini” kata ibunya Bintang lagi sambil memeluk Bintang disisi lain.
“Bunda Bintang nggak bisa lihat bunda. Bunda yang pegang tangan Bintang ini siapa? Bunda kenapa Bintang nggak bisa lihat?”
“Ada Gilang disana sayank. Gilang yang megang tangan Bintang. Bintang yang sabar ya?” ibu Bintang tak kuasa menahan tangis.
“Lang, bilang sama aku kenapa bunda nangis Lang? dan kenapa aku nggak bisa lihat?” tanya Bintang.
“Tang, kamu yang sabar yah!!! Allah punya rencana yang baik buat kamu nanti Tang”
“Apa yang terjadi sama aku Lang? apa aku nggak bisa lihat lagi? Aku buta Lang? jawab Lang?”
Gilang hanya diam dan memegang tangan Bintang erat erat. Tak hanya Gilang tapi semuanya, orang tua Bintang, Hadiq dan Irma pun hanya diam. Bintang tau sekarang bahwa dia tak bisa melihat karena kecelakaan itu. Tapi kata dokter itu tidak permanent dan hanya sementara, tapi tak tau sampai kapan. Setidaknya harapan bintang untuk sembuh masih ada. Dia menjalani hari harinya dengan kegelapan, namun siapa yang tau dia masih bisa tersenyum dan tegar. Justru orang orang yang disekitarnyalah yang tak setegar Bintang. Saluuuut!!!!!
“Lang, tumben nggak ngajak Bintang kesini?” tanya Irma.
“Nggak Ma, kasihan Bintang kalo aku ajak jalan jalan terus. Biar dia istirahat dirumah saja”
“Oh…. Eh Hadiq mana sih? Nggak nongol dari tadi?”
“Waaaahh, ngapaen kamu nyari dia? Kangeeeen yah?” Cileeeeeee suka kamu sama dia?”
“Ah kamu itu Lang” kata Irma dengan muka merah.
Sepertinya Irma punya rasa sama Hadiq, tapi tidak seperti itu. Nyatanya Irma suka sama Gilang, namun dia tau Gilang dan Bintang masih pacaran. Sulit mugkin rasanya buat Irma menerima semua itu, tapi memeng kenyataanya seperti itu. Cinta Gilang yang tulus buat Bintang bisa dirasakan Irma dari perhatian Gilang ke Bintang, tatapan mata Gilang, cara bicara Gilang. Dan Irma harus rela dan menerima semua itu.
Di suatu sore hujan turun membasahi bumi. Gilang yang rencana pengen ke rumah Bintang harus sabar untuk menunggu hujan itu reda. Karena Gilang mendapat kabar bahwa Bintang bisa ngeliat lagi, Bintang uda sembuuuuh.
Saat hujan sudah reda, Gilang langsung cabut menuju rumah Bintang. Gilang berharap dia bisa melihat senyuman Bintang disana nanti. Namun ternyata kenyataan tak seperti yang diharapkan Gilang, saat dia sampai dirumah Bintang dia melihat baynyak orang disana. Pikiran Gilang kacau, dia harap tak ada apa apa.
“Gilaaaang” panggil Hadiq.
“Kok kamu disini Diq? Irma juga?”
“Lang, yang sabar yah…..” kata Irma.
“Sebenarnya ada apa sih? Ada apa?”
Hadiq hanya diam dan mengajak Gilang kedalam. Di dalam ruangan hanya terisi orang orang yang melantunkan ayat ayat suci Al Quran. Gilang merasa perasaannya gak enak. Dan akhirnya mereka sampai diruang tengah. Gialng pun terpaku waktu melihat seseorang yang terbaring kaku diselimuti kain berwarna putih. Dia harap itu bukan Bintang, kekasihnya. Namun ternyata itu memang Bintang.
“Bintang…..” Gilang memanggil lirih disamping Bintang.
“Tang…… maafin aku yah? Aku baru bisa dateng, aku gak ada disamping kamu saat kamu sendiri, aku gak ada disamping kamu saat terakhir watu kamu didunia, yang kan selalu kamu tau, aku akan tetap dihatimu sampai nanti aku menyusulmu di surgaNya Allah, aku bawa bunga mawar putih buat kamu walau aku tau kamu nggak suka sama bunga, ini buat kamu Bintangku”
Hujan yang tadi reda kini mulai membasahi bumi lagi, mengiringi kepergian Bintang, dan mengiringi kesedihan Gilang yang kehilangan Bintang untuk selama lamanya……
“Nak Gilang, coba sini sebentar…” panggil ibunya Bintang.
“Ada apa tante?”
“Bintang titip ini buat kamu….” Secarik kertas diberikan ibunda Bintangt pada Gilang.
“Makasih tante” kata Gialng. Ibunda Bintang hanya tersenyum.
Sore itu setelah hujan reda semua orang siap mengantarkan Bintang ke tempat dimana dia akan disana selamanya. Gilang hanya tertegun sambil berjalan mengiringi Bintang. Gilang masih tak percaya akan apa yang terjadi pada Bintang. Dia masih merasa bersalah pada Bintang. Setelah Bintang dimakamkan langitpun kembali cerah dam matahari muncul untuk menutup hari itu.
Senja dipemakaman Bintang, tampak Gilang masih disana. Dan Gilang membaca surat terakhir dari Bintang….

Dear Cinta…..
Cinta, aku tau waktu Cinta baca surat ini pasti Cinta nangis kan? Cinta jangan nangis ya…. Aku gak suka liat Cinta sedih….
Cinta…. Aku sangat bersyukur aku bisa masuk kedalam kehidupan kamu Cinta, masuk dalam kisah Cintamu, meskipun awalnya aku tak mengira kita bisa bersama Cinta… tapi ketulusan Cintalah yang membuat aku sekarang seperti ini….
Cinta, aku gak tau kenapa kamu selalu menemani aku, sedangkan aku jahat benget udah ninggalin kamu sekarang, Cinta pasti marahkan sama aku? Gak papa Cinta, aku tau.. Cinta, aku masih inget waktu kamu nyanyiin lagu AKU BUKAN PILIHAN HATIMU untuk aku sambil maen gitar, aku seneng banget Cinta…. Dan dari setiap malem, cuma lagu itu yang nemenin aku terjaga sampai aku terlelap. Puisi Cinta pun masih aku simpan kok…
Cinta sampai kapankah kamu akan menemani aku? Asal kamu tau Cinta, walaun aku sudah gak didunia lagi, aku tetap akan ada buat kamu…. Dan semoga kita bisa bertemu disurgaNya Allah nanti ya Cinta……
Cinta aku tulis semua yang aku pengen bicarain sama kamu disebuah buku yang ada dikamarku, Bundaku yau buku itu….. kalo kamu mau bicara sama aku, kamu bisa nulis disitu Cinta…. Karena waktu aku gak bisa bicara langsung sama Cinta aku nilis disitu Cinta….
Cinta nyanyikan lagu indah sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali…..nyanyikian lagu indah tuk melepas ku pergi dan tak kembali……..
Aku pengen kamu nyanyi stu lagu buat aku Cinta……
Cinta…… aku akan selalu menjadikan dirimu kekasih hati yang akan kun anti sampai kita bisa bertemu lagi………….
Salam sayang Bintang………. untuk Gilang……………

Setelah melihat surat itu, Gilang langsung mencium nisan Bintang dan menitikkan air mata…. Gilang memang tak kuasa untuk kehilangan Bintang. Saat Gilang tau Bintang sudahb sembuh dan bisa melihat itu dua minggu sebelum kepergian Bintang. Namun saat itu Gilang sedang di Jogja bersama keluarganya. Dan Gilang baru bisa pulang saat Bintang telah pergi.
Bintang pergi karena dia terlalu lama berada diluar rumah saat hujan turun, bahkan dari pagi sampai pagi lagi, dan pada akhirnya dia pergi………………..
Malam itu Gilang selalu melihat sms Bintang yang berbunyi “Nyanyikan lagu indah sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali….. Nyanyikan lagu indah tuk melepas ku pergi dan tak kembali……..”. Malam itu pula langit cerah dan bintang bersinar. Gilanng tau bahwa kekasinya suka sekali dengan Bintang yang ada dilangit, lalu dia keluar dengan membawa gitar sambil duduk diteras dan berkata……
“Bintang…… aku bisa liat kamu selalu bersinar dimalam hari itu adalah kado teribdah buat aku…… jadi bolehkah aku mohon padamu Bintangku….. bersinarlah untukku selamanya…… seperti lagu yang ingin aku nyanyikan untuk kamu………… ini lagunya……

cinta adalah misteri dalam hidupku…. yang tak pernah ku tahu akhirnya……
namun tak seperti cintaku pada dirimu… yang harus tergenapi dalam kisah hidupku
ku berharap abadi dalam hidupku…. mencintamu bahagia untukku….
karna kasihku hanya untuk dirimu…. selamanya kan tetap milikmu
ku ingin slamanya mencintai dirimu sampai saat ku akan menutup mata dan hidupku
ku ingin slamanya ada disampingmu menyayangi dirimu samapai waktu kan memanggilku

Bintang tetaplah hidup untukku…….walau kau tak lagi hidup didunia ini…….”
Dan pada akhirnya Gilang selalu menuliskan semua tentang Bintang kekasihnya dibuku yang diberikan Bintang untuknya. Dan Gilang bahagia dengan semua itu, karena dia masih bisa menorhkan kisahnya dan menceritakannya lewat buku itu.

Jumat, 25 Juni 2010

Isi Hati Amay

By : Lumiere des etoiles
Malam itu ada konser Band di alun-alun kota. Dan disana tampak seorang gadis cantik bersama teman-temannya. Gadis itu tak lain adalah Amay.
“Hai Amay….?!” Sapa salah seorang cowok. Ternyata cowok itu adalah Randy.
“Hai juga Ran, gimana kabarnya? Udah lama gak ketemu neh!” Jawab Amay.
“Baik-baik aja kok, oh ya boleh minta nomer hp kamu gak? Gimana sekarang hubungan kamu sama Alex?”
“Boleh kok, neh missed call sendiri aja. Dan kalau tentang Alex, aku gak pernah ada hubungan khusus sama Alex. Temenan biasa aja kok!” Jawab Amay.
“Oh, maaf ya aku kira kamu dulu pacaran sama Alex”.
“Gak apa-apa aku ngerti kok, pasti temen-temen semua juga ngira aku sama Alex pacaran”. Jawab Amay lagi.
Dalam hati Amay, dia bertanya-tanya apa Alex benar-benar gak datang malam itu. Akhirnya Amay sms Alex untuk memastikan dia datang atau gak.
“Malem Alex, lgi ap? Qm bnr2 g’dtg leat konser y?? Maaf klo aq ni ggu qm”. Sms segera dikirim pada Alex.
“Malem juga May, Maaf aq bkn’y ngk mw dtg ksna, tp aq lgi ad acr klrga neh. Qm ngk mrh kan May sm aq?” balasan sms dari Alex pun datang.
“Ga Lex, ya udh met ngpain aj ya.. Salam buat Nanda ya” Balas Amay untuk yang terakhir kalinya malam itu.
Amay terlihat murung malam itu. Karena Alex, cowok yang ditaksir Amay, yang sebenarnya Alex pun juga memiliki perasaan yang sama dengan Amay, tak bisa datang di acara konser malam itu. Mereka baru dekat belakangan ini.
“Kamu kenapa May? Sakit ya? Kok tumben diem aja”. Tanya Verli salah satu sahabat Amay.
“Gak apa-apa Ver, aku cuma males aja”. Kata Amay lesu.
“Apa perlu aku anter pulang sekarang May?” Timpal Randy.
“Gak usah Ran, makasih, biar aku pulang sendiri aja. Ya udah, duluan ya temen-temen”.
“Okay…!” kata teman-teman Amay serempak.
“Hati-hati May dijalan, good night..!” Kata Randy yang terakhir sebelum Amay benar-benar melesat pulang.
Sesampainya dirumah, Amay langsung berbaring di tempat tidurnya. Dan seperti biasa, ia menulis kejadian-kejadian yang dialaminya seharian penuh.

Dear diary

Kenapa Alex tega denganku? Tadi pagi aku sangat bahagia karena dia bilang akan datang melihat konser malam ini denganku, tapi ternyata dia ada acara keluarga yang gak bisa ditunda. Sebenarnya seperti apa perasaan dia padaku? Akankah Alex memiliki rasa sepertiku?? Mungkin suatu saat akan terjawab semua keraguanku.

Saat selesai menulis diary, tiba-tiba handphone Amay berdering. Ada sms masuk, yang ternyata dari Randy. Tapi tak di balas oleh Amay karena ia merasa lelah dan ngantuk.
“Hay Amay, met pagi.. maafin aq coz smlem aq ngk bsa dtg lht konser brg qm, qm ngk bnr2 mrh ma aq kn?” Sms dari Alex untuk Amay. Alex merasa menyesal karena tak bisa datang melihat konser bersama Amay.
“Gak kok Lex, bysa ja lgi” sms balasan Amay pada Alex.
“Ya sudah May, met ap ja, ni aq lgi mw main basket” kata Alex pada Amay.
Semenjak malam itu Amay ngerasa Alex beda dari biasanya. Amay jadi ragu akan perasaannya selama ini pada Alex. Dan ternyata semua keraguan Amay terjawab. Alex punya teman cewek yang tak suka bila Alex dekat dengan Amay. Akhirnya Amay dan Alex-pun tak pernah lagi curhat lewat sms ataupun telphone lagi.
Pagi itu Amay terlihat riang berangkat sekolah, tiba-tiba ditengah jalan Amay bertemu dengan Ratih.
“May, kamu tau gak, kemarin sore aku main di sekolah Alex buat ketemuan sama Rita. Tapi di sana aku malah ditanya sama segerombolan cewek, mereka tanya kenal gak sama mantan Alex yang namanya Amay. Saat aku tanya siapa yang bilang kamu mantan Alex, katanya Alex sendiri yang bilang sama mereka. Oh ya May, memang kamu pernah pacaran sama Alex ya?” tanya Ratih, teman sekelas Amay.
“Masak sih sampai segitunya? Aku gak pernah pacaran sama Alex, aku cuma sempet deket bentar sama dia” jawab Amay.
“Oh gitu ya, ya sabar aja ya. Alex sok banget ngaku-ngaku kamu mantan dia” gerutu Ratih melihat temannya murung.
Setelah mendengar perkataan Ratih tadi, Amay terlihat murung. Hanya kebencian yang ada padanya.
“Aku tak akan memaafkanmu Lex!!” kata Amay dalam hati.
Hari-hari telah berlalu, dan Amay-pun tak pernah lagi tahu seperti apa Alex. Nama Alex sudah tak ada lagi dalam hatinya.
“Hay May, tumben murung gitu? Cantiknya hilang lho” tanya Randy.
“Eh ada kamu Ran, iya neh boring banget” jawab Amay.
“Mending ikut aku sepedaan yuk, gak enak banget lihat gebetanku, eh maaf maksudnya temenku yang cantik ini kusut mukanya” ajak Randy pada Amay dengan nada gugup.
“Gebetan (kata Amay melamun tak percaya sekejap), eh iya deh, tapi jangan lama-lama ya” pinta Amay dengan perasaan penasaran.
Merekapun pergi bersama dengan mengendarai motor Randy. Semenjak saat itu, hubungan mereka semakin dekat saja. Hingga sudah satu tahun lebih mereka dekat, akhirnya Randy mengungkapkan perasaan yang dipendamnya selama ini terhadap Amay.
“May, boleh gak aku bilang sesuatu sama kamu?” tanya Randy saat mereka pergi bersama.
“Yeah, bilang ya tinggal bilang aja kali Ran! Kayak baru kenal sama aku aja” (sambil mengacak-acak rambut Randy)
“Apa salah kalau aku suka kamu? Dan apa salah kalau aku mau kamu jadi cewekku?” tanya Randy serius dan dengan terbata-bata.
“Kamu gak salah suka sama aku, tapi maaf ……(selang beberapa detik)……..aku gak bisa Ran, aku gak bisa menolak kamu karena aku juga suka kamu. Dari dulu hanya kata-kata ini yang aku tunggu darimu” jawab Amay sambil senyum dan hati yang lega.
Mata Amay telah nanar, hingga ia meneteskan air mata kebahagiaan di pipinya. Perasaan damai dan tenang menyelimuti hati Amay saat Randy memeluknya. Baru kali ini Amay dipeluk seorang cowok yang disayang dan dicintainya.
“Makasih ya May, I Love You” kata Randy lirih berbisik di telinga Amay.
“Iya Ran, I Love You Too” jawab Amay tersenyum dalam pelukan Randy.
Setelah itu mereka resmi berpacaran. Hari-hari Amay dengan Randy jauh lebih indah dibanding dengan Alex. Mereka bahagia hingga sekarang dan selamanya.

Semua Tinggalah Kenangan

By : Lumiere des etoiles

Kelurga Chanka terdiri dari Ayah, Bunda, Rosa(SMA), Chanka(SMP), Ansya(SMP) dan Dito(SD). Memang bukan keluarga berencana tapi mereka adalah keluarga yang unik. Dari Rosa yang suka berbisnis, Chanka yang suka dengan musik, Ansya yang gemar mengutak-atik mesin dan Dito yang hoby dengan mancing serta memelihara binatang.
Udara pagi itu serasa sejuk. Minggu pagi yang cerah. Suara adzan subuh telah usai dan waktunya sholat berjamaah dengan keluarga.
“Chanchan, buruan wudhu, yang lain udah siap nih” panggil Rosa yang tak lain adalah kakak Chanka.
“Iya tungguin bentar” jawab Chanka buru-buru lari ambil air wudhu.
Selesai sholat mereka lalu bersalaman. Setelah merapikan semua peralatan sholat, mereka duduk-duduk bersama didepan TV sembari menunggu kegiatan rutinitas hari minggu pagi yaitu merawat bunga-bunga dihalaman rumahnya.
“Uummmm, harumya bunga mawar dan bunga melati ini” kata Chanka dalam hati sambil menghirup bau bunga itu. Tiba-tiba Chanka memekik kesakitan saat hendak mengambil guguran daun mawar yang ada disalah satu batang bunga tersebut.
“Kamu gak apa-apa kan Chan?” tanya Bunda yang tersirat sedikit kekhawatiran terhadap anak keduanya tersebut.
“Aku gak apa-apa cuma kena duri tadi” jawab Chanka sembari memencet jari tangannya yang tertusuk duri.
“Ya udah lain kali lebih hati-hati ya, bunga mawar itu bisa di ibaratkan orang Chan, awalnya memang enak dipandang dan terlihat menarik tapi kadang belum tentu ia baik karena mempunyai duri yang tajam yang sekalinya menusuk itu sakit. Jadi jangan pernah melihat sesuatu dari luarnya, tapi dari hatinya. Ini sebuah pelajaran untukmu. Sekarang kamu ikut merawat bunga dengan yang lain dan Bunda akan masak untuk sarapan nanti” kata Bundanya dan Chanka hanya mengangguk menuruti kemauan Bundanya.
“Ayo saatnya sarapan anak-anak! Bunda masak makanan kesukaan kalian yaitu Nasi Goreng.” kata Bunda sembari tersenyum.
“Wah enak tuh Bun, masakan Bunda paling TOP deh!” kata Antya sambil mengacungkan jari jempolnya.
“OK, aku setuju dengan ucapanmu kak” sambung Dito tak mau kalah.
“Udah-udah ayo cuci tangan dulu, terus berdoa dan setelah itu makan deh! Buruan aku udah lapar seh” seru Rosa sambil tertawa.
Suatu malam Chanka memikirkan kata-kata Bundanya yang lalu saat ia terkena duri mawar. Kata-kata itu yang telah membuat Chanka mengerti tentang bagaimana cara menghargai seseorang dan tak pandang bulu serta tentang penilaian seseorang yang tak dilihat dari segi penampilan tapi dari dalam hati. Kata-kata yang indah yang akan selalu dikenang dan pasti akan dibutuhkan dalam hidup Chanka. Sungguh Bunda yang baik dan sempurna menurut Chanka walaupun dia tau tak ada orang yang sempurna di dunia ini.
Kkkkuuuukuruyuuuu……………………………
“Chaca… Chanchan… Yaya… Toto… buruan bangun nak! Ayo sholat lalu mandi, nanti telat lho ke sekolah!” panggil Bunda membangunkan mereka.
“Iya Bunda sayang” jawab mereka serempak.
Setelah selesai sholat. Lalu mereka mandi bergantian dan setelah itu sarapan pagi bersama. Sebelum Ayah, Chanka dan Antya berangkat mereka semua saling berpamitan. Seperti biasa Rosa berangkat bersama temannya dan Dito diantar Bunda ke sekolah.
“Hay teman-teman” sapaku pada teman-teman dekatku.
“Hmmm, semangatnya pagi ini, emang ada apa?” tanya Winez pada Chanka.
“Gak apa-apa tuh, emang gak boleh apa orang semangat?” jawabku sambil tersenyum mengejek.
“Ya gak apa-apa sih” sambung Zhila.
“Udah ah, lupain aja. Kita fokus sama pelajaran hari ini aja. Ok!” kataku sambil mengedipkan mata pada teman-temanku.
Chanka, Winez dan Antya memang telah berteman baik. Sepulang sekolah mereka dan Ansya bersama-sama pulang naik bus kira-kira 17Km, bedanya Chanka dan Ansya setelah turun dari bus harus naik angkot sekitar 2Km dari jalan raya jalur bus untuk mencapai rumahnya.
“Sekarang ganti baju, sholat, makan lalu tidur, nanti malam belajar” kata Bunda sampai mereka hafal karena setiap hari selalu itu-itu aja.
“Iya Bunda” jawab mereka singkat, karena mereka ingin seperti teman-teman yang lain bisa main bersama saat siang bukan seperti mereka yang selalu dirumah.
Suatu sore sekitar pukul 16.00, hujan turun cukup deras disertai listrik padam. Keluarga berkumpul didepan rumah. Chanka, Antya dan Dito hanya dapat bermain-main air diteras dengan wajah yang sedih, berbeda dengan teman-teman yang lain berlari-lari bermain hujan-hujanan tanpa ada beban pikiran dan hanya rasa senang karena bisa bermain bersama saja yang mereka rasakan.
“Kalau kalian mau, main aja situ tapi sebentar aja dan dihalaman aja” kata Bunda sedikit tersenyum.
“Beneran? Emang Bunda gak marah?” tanya Dito sembari mengerutkan dahi.
“Kalian main atau Bunda gak jadi ngijinin nih?”
“Iya deh, Makasih Bunda” jawab mereka bertiga bersahutan.
Akhirnya mereka bisa ngerasain ujan-ujanan setelah beberapa tahun belakangan ini udah tidak pernah main ujan-ujanan. Terakhir main saat air sungai meluap waktu Chanka kelas 5 dan selisih dengan adiknya 2 tahun. Saat Chanka hampir terlelap, ia tahu kalau Bundanya menangis disamping anak-anaknya. Memang sedisiplin dan sekuatnya seorang Ibu, pasti ada sisi dimana rasa sayangnya ke anak-anaknya itu besar dan rasa tidak tega itu pasti ada.
“Bangun sayang….. buruan sholat!”
“Pagi Bunda, iya..” jawab mereka.
Selesai sholat mereka melakukan rutinitas seperti biasa. Tapi perasaan Chanka tak enak pagi itu, entah apa artinya.
“Hay……” sapa Chanka kepada teman-temannya dengan wajah yang tak jelas.
“Kenapa kamu? Kemarin perasaan biasa aja, tapi kok sekarang……” kata Winez tak melanjutkan pertanyaannya.
“Gak tauw nih, napa aku ngerasa gak enak. Tapi udahlah hari ini kita senang-senang aja, ketimbang aku pusing ndiri gini” jawabnya.
Hari itu mereka bernyanyi-nyanyi dan bermain bersama teman-teman yang lain pula, malah mereka sempat juga menjahili temannya. Tapi disaat pelajaran tengah dimulai tiba-tiba Chanka dipanggil oleh seorang Guru dari luar kelas, ia dan adiknya dijemput karena ada sesuatu hal yang penting. Ditengah jalan semua diam. Suasana hening itu berubah menjadi iak tangis penjemput mereka. Entah apa yang telah terjadi.
Chanka dan Antya bergandengan erat takut melihat keadaan rumah ramai orang memakai baju berwarna hitam dan banyak karangan bunga. Saat mereka di dalam rumah, mereka disuruh ganti dan saat itu banyak orang menangis mereka bingung, akhirnya mereka diberi tahu oleh salah seorang tetangga mereka kalau Bundanya meninggal karena kecelakaan. Saat itu yang dirasakan tulang seperti tak kuat lagi menyangga tubuh mereka, mereka terkulai lemas tak berdaya, air yang dicoba ditahan akhirnya tak kuat lagi terbendung, tak percaya adalah satu hal yang mereka tahu.
“Bundaaaaaaaaaaaaa………………..!!! jangan pergi, jangan tinggalin kita disini sendiri” teriak Chanka yang setelah itu dipeluk oleh tante Rena (teman kerja Ayahnya) .
“Udah sayang, ikhlasin Bundamu pergi nak! Ini memang sudah takdirnya dan ini sudah waktunya Bunda pergi. Bundamu orang yang baik sayang. Lihat nak, bukan cuma kamu yang merasa kehilangan. Keluarga, kerabat bahkan tetangga-tetangga kamu juga merasa kehilangan Bundamu sayang. Mereka peduli dengan kalian” kata tante sambil terisak tangis.
4 hari setelah itu, mereka tetap saja masih saja menangis. Memang berat kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup ini, terutama Ayah dan Ibu. Rosa, Chanka, Antya dan Dito malam itu berangkat untuk tidur. Mereka menemukan sebuah surat dari seseorang yang tak lain adalah kakak Bundanya.



Apakah semua kenangan kalian bersamanya selama ini akan terasa lebih indah jika saat kalian terpuruk dalam sepi? Melihat orang-orang yang dicintai dan disayangi dalam keterpurukan dan kesedihan adalah sebuah saat terburuk untuknya. Kalian adalah malaikat kecil yang dikirim oleh-Nya untuk membuatnya tak takut akan kematian. Ia akan selalu ada dihati kalian. Ia tak akan pernah pergi dari hati kalian, walaupun ada penggantinya sekalipun. Bangunlah anak-anakku, jangan buat ia bersedih. Selalu tersenyum dan ramah terhadap orang-orang yang ada disekeliling kalian. Masih banyak orang yang peduli dengan kalian.
Love,

BUDE



Semenjak mereka mendapat sepucuk surat itu mereka sadar bahwa hidup tak ada yang abadi. Menghargai, menghormati dan menyayangi keluarga terutama Ayah dan Bunda itu penting. Pengorbanan, cinta dan kasih sayang mereka selalu ada walaupun mereka tak memperlihatkannya.
*Mempunyai kedua orang tua itu harusnya lebih bersyukur dan menghargai, bukan membantah dan membuat sakit hati mereka, kebanyakan jaman sekarang mereka hanya mengikuti ego mereka. Mungkin memang benar kata orang, “kita akan mengerti sebesar apa rasa sayang seseorang kepada kita apabila kita telah kahilangannya”.