Selasa, 11 Oktober 2011

airmata terakhir

by ; rayon de lune

Dipagi yang dihiasi hujan dari semalam, terdengar suara mengejutkan dari kamar atas……..
“Gloooooddaaaaakk”
“Aduuuh… ah, masak iya kejadian lagi… hem” Kianan mengeluh.
Sementara itu ada suara Bundanya dari bawah memanggil Kinan.
“Nan, ayo cepetan turun, nanti kamu telat berangkat ke sekolahnya”
“Iya Bunda”
Saat dikamar Kinan…..
“Ah, lagi-lagi mimpi itu datang dan membuat aku jatuh dari tempat tidur lagi. Hem buruk” gerutu Kinan didepan cerminnya.


“Bun, Kinan berangkat dulu ya. Assalammu’alaikum” kata Kinan sambil cium tangan.
“Wa’alaikummussalam. Hati-hati Nan”


Sesampainya disekolah, dia menghela nafas dan berhenti sejenak. Dan saat itu Lukman, pacarnya, menghampirinya.
“Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikummussalam. Eh, huft kamu”
“Eh, lha kok jutek???”
“Nanti wae tak certain. Lagi males. Eh, ayo masuk uda mau ditutup”
“Mesti itu lagi deh. Hem”
“Iya”
Perckapan singkat itu terjadi. Karena Kinan sedang “Bad Mood” dengen mimpinya semelem, jadi Lukman memilih diam terlebih dahulu. Dan mereka masuk ke kelas mereka masing-masing.


“Yang…”
“Eh, iya…” Kinan menoleh kearah Lukman.
“Katanya mau cerita tadi???”
“Kayaknya kamu sudah tahu ceritaku deh”
“Iya. Tentang dia lagi kan??”
“He’em. Ngerebut kamu. Aku didorong dan jatuh lagi”
“Aku sudah ga sayang dia lagi. Aku cuma sayang kamu Nan”
“Iya, aku tahu” suaranya sedikit terisak dan menunduk.
“Jangan nangis lagi sayang” kata Lukman sambil memegang tangan Kinan.
“Aku takut Man. Aku takut”
“Jangan takut ya. Aku disini”
“Aku takut kehilangan kamu, cintamu, sayangmu, dan semua yang ada pada dirimu Man”
“Nan, aku kan sudah janji sama kamu. Aku akan selalu saying sma kamu, njagain kamu, dan selalu ada buatmu”
“Tapi gadis itu Man…..” kata-kata Kinan terhenti saat Lukman memeluknya dengan erat.


Setelah beberapa saat….
“Sudah tenang Nan??”
“Makasih ya Man”
“Kamu tahu apa yang paling aku inginkan Nan???”
Kinan tak menjawab dan hanya mengangkat kepala keatas.
“Aku ingin memilikimu sepenuhnya dan selamanya…”
“Man, kalau seandainya aku mati nanti….” kata-kata Kinan terputus saat Lukman menutup mulut Kinan.
“Kamu lupa mimpi kita kelak untuk hidup bersama? Membangun suatu keluarga? Mempunyai dua orang anak? Kamu lupa Nan?” tanya Lukman sambil memegang tangan Kinan.
“Nggak Man, aku sama sekali ga lupa”
“Jangan dillupain ya?”
“Iya”
Lukman melihat Kinan tersenyum manis untuknya. Dan Lukman pun memberikan senyum untuk Kinan. Lalu, mereka memutuskan kembali ke kelas masing-masing karena waktu istirahat akan berakhir.
“Nan…”
Kinan menoleh dan menjawab “Apa Man?”
“Nanti pulang bareng ya?”
“Iya Man” jawab Kinan dengan tersenyum lalu masuk kelas. Dan diikuti Lukman yang masuk ke kelasnya sendiri.


Saat dikelas Kinan melamun dan dikejutkan oleh teman sebangkunya Mila.
“Nan…..”
“Eh, iya Mil, iya bener kok jawaban itu” jawab Kinan.
“Emang aku tanya apa Nan ke kamu?” kata Mila heran.
“Soal itu kan, emang jawabannya itu”
“Kamu ngelantur ah Nan, orang aku ga tanya apa-apa kok ke kamu. Aku cuma mergoki kamu ngelamun tadi”
“Oh.. maaf Mil, ga sengaja kok aku”
“Kamu ada masalah sama Lukman?”
“Enggak kok Mil, aku sama Lukman baik-baik aja malahan”
“Oh.. kirain”
Walaupun Mila tak diberi tahu oleh Kinan, tapi dia tahu kalo Kinan sedang memikirkan soal Lukman. Namun Kinan memang pintar menyembunyikan perasaannya.
Disaat yang sama, Lukman memikirkan kekasihnya. Ia ingin membuat Kinan bahagia. Batinnya.


Saat pulang sekolah…..
“Mil, aku pulang dulu yaa..”
“Bareng Lukman?”
“Iya, dia ngajak bareng tadi, hehe” kata Kinan sambil memaksakan tertawa.
“Yaudah kalo gitu. Hati-hati ya kalian”
“Iya Milaaa”


Diparkiran sepeda..…
“Sayang…”
“Iya”
“Ayo pulang”
“Iya”
Kinan hanya menjawab sepatah kata, namun tak disadarinya Lukman menggandeng tangannya dan akhirnya Kinan tersadar dan menatap wajah Lukman dengan hangat.
“Nan, kalo seandainya saja ada cowok lain yang lebih dari aku, dan cowok itu deketin kamu, terus minta kamu buat jadi pacarnya, kamu mau?” tanya Lukman panjang.
“Nggak akan Man, aku ga akan menerimanya. Mau seberapa baiknya mereka kepadaku. Aku tetap pada pendirianku”
“Nan, aku ga mau kehilangan kamu..”
“Aku juga tidak. Man apa kamu rela kalo aku mati lebih dulu?”
“Maksud kamu?” Lukman tersentak dan menghentikan sepedanya.
“Aku rasa aku ga kuat Man. Aku ga kuat kalo tiap hari aku selalu dibayang-bayangi semua cewek yang ada didekatmu”
“Tapi kan aku ga ada apa-apa sama mereka Nan”
“Aku tanya, apakah kamu akan merasa biasa saja kalo seandainya aku yang ada diposisi kamu itu?”
“Kamu mau melakukannya?”
“Tidak”
“Lalu mengapa tak pernah kamu percaya padaku?”
“Apa kamu bisa bayangi kalo seandainya saja dalam satu hati terdapat dua insan. Yang satu menjaganya dengan harapan tak pernah menyakitinya, tapi yang satu lagi juga menjagaya tapi tak pernah menjaga apa yang seharusnya tidak ia lakukan?”
“Apa maumu sekarang?”
“Aku hanya mau kau benar-benar tau bagaimana caranya menjaga separuh hatiku”
“Apa kurang aku menjaganya selama ini?”
“Pikirkan apa yang aku katakana. Kamu akan tahu jawabannya”
“Nan, kasih aku penjelasan kenapa kamu kayak gini?”
“Hanya satu kata. Cemburu”
Lukman terdiam. Ternyata dia membuat Kinan cemburu lagi.
“Aku ga bermaksud Nan”
“Memang tak pernah bermaksud. Tapi, candaan itu membuat hatiku sakit. Disaat aku begitu memperhatikanmu, tapi kamu justru melakukan hal yang seharusnya ga aku lihat. Bercanda dengan cewek itu. Makasih Man, turun sini saja”
“Tapi, masih jauh….”
“Aku bisa jalan kaki”
Lukman tahu, seberapa kuat dia mengejar Kinan. Dia tak akan pernah mau.


Sesampainya dirumah….
Kinan membanting tubuhnya kekasur dan mendekap bantal yang ada disana, sambil menangis.
“Ya Allah… aku terlalu sayang sama dia, hiks hiks hiks” desah Kinan dalam airmatanya.
Sebuah buku diary kecil diambilnya dan mulau menuliskan kata….
“Ya Allah…apakah aku salah mencintai dia begitu dalam? Aku terlanjur sayang padanya. Tak mungkin aku hapus dia begitu saja. Kadang hatiku sakit dibuatnya. Tapi lebih sakit lagi merasakan perubahan sikapnya. Apa yang ingin aku katakn tak pernah bisa ku katakan dihadapannya. Tak pernah bisa kuungkapakan. Jika aku sayang sama dia.
Ya Allah…seandainya aku tak disampingnya. Tetaplah jaga dia. Jaga hatinya. Untuk teptap bersamaku. Seandainya aku jauh darinya. Berikan sesuatu yang dapat membuatnya bahagia dalam sepinya. Berikan dia waktu yang lama untuk dapat menggapai segala citanya.
Ya Allah..ijinkan aku untuk melihatnya bahagia selama hidupnya. Tak peduli aku seperti apa. Aku ingin ini menjadi airmata terakhirku.
Kinan menatap langit sore itu. Dia terbayang wajah Lukman. Dan dia tersenyum.
“Man, aku janji akan tetap tersenyum dalam setiap keadaanku”


Seminggu kemudian…….
Kinan merasa sekarang dia lebih ringan menjalani kisahnya bersama Lukman. Karena sikap Lukman yang berubah menjadi lebih baik lagi. Dan tentunya semakin sayang, semakin cinta, dan semakin perhatian pada Kinan.


Dan pada akhirnya Cinta mereka abadi selamaya, samapai mimpi mereka terwujud, dan menjadi keluarga kecil yang bahagia.