Sabtu, 04 September 2010

untukmu

-UNTUKMU-

By : rayon de lune

Pagi itu awan awan mendung menyelimiti kota Jakarta yang sudah sibuk sejakmatahari terbit. Pagi itu adalah hari senin, hari yang sibuk untuk semua orang termasuk anak sekolahan seperti Dian dan Mira yang tidak lain adalah sahabat sejak lahir. Mereka ditakdirkan tinggal dalam komplek yang sama dan rumah merekapun berdekatan.
“Mira…… ayo berengkat” teriak Dian dari gerbag rumah Mira.
“Iya Yan bentar. Ma, mira berangkat dulu” kata Mira sambil mencium tangan mamanya.
“Ayo berangkat” ajak Dian.
“Yuk” sahut Mira.
Sambil berjalan menuju SMA BINTANG yang tidak begitu jauh dari rumah mereka, Dian menceritakan sesuatu pada Mira.
“Ra, tadi malem aku bermimpi ketemu sama pangeran yang cakep banget, dai pakai baju putih, terus orangnya tinggi, dan……….. dia juga mengucapkan kata-kata yang indah buat aku. Dia bilang “I Love You” gitu Ra. Ya ampun cakep banget” kata Dian panjang.
“Wah kayaknya sebentar lagi kamu bakalan dapet cowox tu Yan. Nanti kalau udah dapet cowok, kamu traktir aku ya…..” jawab Mira.
“Ye…… kamu ini. Baru aja mimpi, memangnya bisa terwujud?” kata Dian.
“Ya… mungkin aja”
Tak terasa mereka sudah sampai disekolah. Dan mereka berdua berjalan menuju kelas. Namun sampai didepan perpustakaan, Dian tiba-tiba masuk dan langsung menghilan dirak-rak yang menyimpan buku. Maklum Dian suka baca buku.
“Dian…….. eh mau kemana?” tanya Mira.
“Sstt…. aku mau baca buku dulu” jawab Dian.
“Inikan masih pagi, nanti aja kalau udah istirahat” kata Mira. Namun Dian tidak menjawabnya, “Ya udah aku kelas dulu” sambung Mira. Dan ditengah jalan dia bertemu denan cowox yang belum dikenalnya. Namun Mira memandang cowok itu dengan tatapan penuh arti. Namun dia segera mengalihkan pandangannya karena dia sudah sampai dikelas.
Selang 10 menit Dian datang.
“Lama banget?” tanya Mira.
“Ah…. biasa dari pada dikelas, mending diperpustakaan nungguin bel” jawab Dian.
Teeeet………teetttt……
“Tu kan” kata Dian.
Hari itu pelajaran pertama adalah Matematika, dan saat itu Pak Heru guru matematika datang bersama Kepala Sekolah.
“Anak-anak, bapak akan memperkenalkan teman baru kalian yang mulai saat ini akan belajar bersama kalian. Ayo masuk nak!” kata Kepala Sekolah sambil menyuruh anak itu masuk. Dan ketika masuk Mira dan Dian terkejut bersamaan.
“Ayo nak pekenalakan diri kamu!” perintah Pak Heru.
“nama saya Ananda Rizal Pradana, biasa dipanggil Rizal dan saya adalah murid pindahan dari SMA 2 BANDUNG. Terima kasih” kata cowok itu.
“Nah sekarang silahkan bergabung dengan teman-teman kamu, Bapak tinggal dulu” kata Kepala Sekolah.
“Terima kasih pak” kata Rizal.
Diakan cowok yang aku lihat tadi pagi, Mira menggumam dalam hati sambil memperhatikan cowok itu. Sementara itu Dian histeris sambil berkata “Ya ampun Ra, jodoh nggak kemana” katanya.
“Maksudmu?” tanya Mira binggung.
“Itu si Rizal. Dia itu pangeran dalam mimpi aku yang aku certain sama kamu tadi pagi. Cowok yang cakep banget” kata Dian.
“Jadi itu pangeranmu?” tanya Mira.
“Iya….. cakep ya ra?” kata Dian.
Mira hanya tersenyum untuk sahabatnya itu. Karena Mira juga merasa ada perasaan suka sama Rizal. Tapi dia tak mungkin mengatakannya.
Setelah pelajaran disekolah usai dua sahabat ini pulang dengan jalan kaki. Dan ditengah jalan jalan mereka bertemu dengan Rizal. Dan merekapun mendekatinya.
“Rizal…..” panggil mereka.
“Eh, kalian sedang apa disini? Ini Mira sama Dian kan?” kata Rizal sambil menunjuk mereka berdua.
“Kamu tahu?” tanya Dian.
“Iya, kaliankan temen satu kelasku. Masak aku nggak tau” jawab Rizal.
Mira menatap wajah Dian yang tersipu malu saat melihat rizal. Disisi ini dia senang karena bisa melihat sahabatnya tersenyum, namun dissi lain dia begitu kecewa karena Rizal adalah pangeran dalam mimpi Dian.
“Rumah kalian mana?” tanya Rizal.
“Ehm, ini digang ini. Rumah aku pagar biru dan rumah Dian pagar pink itu” kata Mira sambil menunjuk rumah diujung jalan.
“Oh…. kalau rumah aku gang sebelah. Kapan-kapan main ya!” kata Rizal sambil melambaikan tangan pada keduanya.
“Iya….” jawab mereka.
Hari demi haripun berlalu. Tak terasa pula mereka menjadi lebih dekat. Dan ternyata Rizal, pangeran impian Dian selama ini justru trtarik pada Mira. Begitu juga sebaliknya, perasaan Mira ke Rizal tak dapat dihilangkan.
Hingga pada suatu hari……
“Yan, aku mau ngomong sesuatu nie ma kamu” kata Rizal ketika mereka bertemu dikantin.
“Mau ngomong apa? Duduk sini Zal!” kata Dian sedikit deg-degan.
“Gini, aku sebenarnya mau jujur sama kamu, kalau sebnarnya, aku ini….hmmm, suka sama Mira” kat Rizal.
“Mira?” tanya Dian sedikit kaget dan kecewa juga.
“Iya Mira. Aku suka sama dia sejak pertama ketemu dia. Tapi, aku nggak berani ngomong sama dia. Dan aku cerita begini ke kamu, karena aku pengen kamu bantuin aku! Kamu mau kan?” tanya Rizal.
“Ehm… iya aku bantu”
Betapa sedih dan kecewa hati Dian, karena dia tahu bahwa pangeran impiannya itu malah menyukai sahabatnya sendiri. Mira. Namun, diapun sudah berjanji pada Rizal akan membantunya. Yang namanya janji pastilah harus ditepati. Walau sebenarnya hati dian sangat tidak mau melakukannya. Dan dia tetep harus melakukannya.
“Ra, nanti malam aku nginep dirumah kamu ya?” tanya Dian.
“Emang kenapa Yan? Mama Papa kamu mau pergi ya?” kata Mira.
“Enggak Mir. Cuma kange aja ama kamu” jawab Dian.
“Kitakan tiap hari ketemu, masak kangen?” goda Mira.
Dian hanya tersenyum kecil. Mira yang sudah lama berteman dengan Dian menangkap raut wajahnya yang tak biasa. Mira bertanya dalam hati, ada apa dengan sahabatnya itu?
Malam itu Dian sudah mengetuk pintu rumah Mira dan yang membuka pintu adalah mamanya Mira.
“Eh, Dian… masuk sini, Mira ada diatas” kata mama Mira.
“Iya Tante. Tante mau kemana sudah rapi?” tanya Dian.
“Tante sama Om mau ngehadirin resepsi pernikahan rekan kerja tante. Jadi tante tinggal dulu ya… untung malam minggu ini Mira ada yang nemenin. Tante berangkat dulu ya” pamit mama mira yang sudah ditunggu papa Mira di mobil.
“Iya tante”
Tok……tok…..tok…..
“Masuk Yan” kata suara didalam kamar.
“kok tau aku yang dating Mir?” tanya Dian sambil senyum.
“Tahu donk” kata Mira. “Sini duduk” lanjutnya sambil menarik tangan Dian.
“Ra, aku mau tanya soal Rizal. Menurut kamu dia gimana?” tanya Dian dengan muka serius.
“Gimana apanya?” jawab Mira agak terkejut.
“Ya orangnya gimana?” desak Dian.
“Baik kok, kata kamu dia cekep, ya sama aja kayak pendapat kamu” kata Mira.
“Kamu suka sama dia?” tanya Dian.
“Heh? Kok kamu nanya gitu sih Yan? Eh udah makan Yan? Aku ambilin dulu ya?” kata Mira cepat-cepat keluar kamar.
Mengetahui sikap Mira yang tiba-tiba gugup itu, Dian mengira bahwa Mira suka sama Rizal. Sambil menungguMira kembali, Dian melihat-lihat meja disamping tempat tidur Mira. Disana Dian menemukan diary berwarna pink, sesuatu yang janggal pun terpikir. Dan Dian akhirnya mengambil diary itu dan membaca halaman terakhir yang terdapat tulisannya………..
“ 6 Februari 2010
Diary….. aku menyukai seseorang yang disukai oleh temanku, bahkan sahabatku. Namanya Dian. Aku menyukai Rizal, Ananda Rizal Pradana. Aku suka dia. Tapi Dian juga. Aku tak mungkin menghancurkan mimpi dari sahabatku sendiri. TAK MUNGKIN!”
Dian tersentak, dan cepat-cepat menutup diary itu karena langkah kaiki Mira sudah terdengar.
“Makan dulu Yan!” kata Mira.
“Iya” jawab Dian.
Setelah selesai makan, mereka hanya bermain game dilaptop, dan setelah itu tidur. Saat Mira terlelap, Dian terbangun dan berkata “Aku akan nyatuin kamu sama Rizal Ra, aku janji” sambil mengelus kepala Mira.
Hari senin tiba lagi dan saat itu Mira duduk sendiri tanpa ditemani Dian, karena sahabatnya itu sedang sakit. Dan Mira berencana pulang sekolah akan menjenguknya. Saat pulang sekolah tiba. Dan Rizal pun ingin ikut menjenguk.
“Ra aku ikut jenguk Dian ya?” tanya Rizal.
“Iya, boleh kok Zal” kata Mira.
Dalam perjalanan mereka berdua hanya diam. Dan akhirnya sampai dirumah Dian. Tok…..tok…..tok……
“Dian ada tante” tanya Mira.
“Ada, silahkan masuk. Dian diatas” kata mama Dian. Dan mereka berduapun langsung masuk ke kamar Dian. Tapi ternyata sampai di kamar Dian suasana berubah, ruangan menjadi gelap dan akhirnya Dian muncul setelah menyalakan lampu.
“Dian? Kok kamu turun dari tempat tidur sih? Apa jangan-jangan kamu tu nggak sakit?” tanya Mira.
“Aku emang sakit. Aku sakit kalau aku harus merebut Rizal dari kamu, aku sakit kalau kalian nggak bersatu” kata Dian.
“Maksud kamu apa Yan” tanya Mira.
“Aku udah tahu Ra, kamu suka sama Rizal kan? Dan nyatanya Rizal juga suka sama kamu. Dan kalau smpai aku memisahkan kalian aku berdosa” kata Dian. “dan aku akan sembuh, kalau kalian bisa bersama, kamu mau kan Ra?” sambung Dian.
Lalu Dian menyatukan tangan Rizal dan Mira. Dian pun tersenyum dan Mira langsung memeluk Dian.
“Makasih ya Yan, kamu udah berkorban banyak buat aku?” kata Mira yang berlinang air mata.
“Iya. Kerena Rizal untuk kamu”

tentang bintang

TENTANG BINTANG


By : rayon de lune

“Bintang…..bintang…..bintang…….”
“Apa tho??? Teriak teriak dari tadi, budeg nih kuping tauuuu….” sahutan gadis manis itu agak kesal.
“Kamu dipanggil nggak nyaut nyaut sih” kata cowok berambut cepak itu.
“Iya sayaaankkkk” kata Bintang.
“Ntar pulang bareng aku yah?????” tanya cowok itu, yang tak lain adalah pacar Bintang, Gilang namanya.
“Mank mau kemana Lang?” jawab Bintang balik nanya.
“Mau tak ajak beli kado buat mama yank. Mau kan??”
“Owh…”
“Kok cuma owh??”
“Iya Gilang……”
Jawaban Bintang mengakhiri pembicaraan mereka ditaman sekolah. Dan mereka berdua kembali ke kelas masing masing. Sedikit cerita, pada awalnya mereka tak saling suka, malahan si Bintang benci banget sama yang namanya Gilang, karena dia dikenal sebagai cowok playboy, sombong, sok tahu. Tapi pada akhirnya eksul basket yang menyatukan mereka samapai sekarang ini. Ya cile……temen temen mereka pun samapai tak percaya. Tapi ya Tuhan telah mempersatukan mereka baedua.
“Yank…..bagusnya mama dikasih apa nie??”
“Lha apa ug Lang, mamamu sukanya apa?”
“Aku kesini ngajak kamu biar bisa milihin Tang, bukan malah ikut ikutan binggung” Gilang agak kesel.
“Ya ampun…. Ngambek? Marah? Cuma kayak gitu aja lho?” kata Bintang.
“Lha kamu itu……..”
“Iya, iya maaf Lang. gimana kalau mama kamu dikasih tas aja?”
“Kamu jangan keseringan gitu ah. Ehm, boleh, cari dimana?”
“Aku tau butik yang jaual tas tas yang bagus Lang, tu disebrang jalan” kata Bintang sambil menunjuk butik kecil disebrang jalan.
“Yaudah kita kesana ya yank???”
“Iya”
Akhirnya tas mungil yang berwarna merahlah yang dipilihkan Bintang untuk mamanya Gilang. Dan mereka mengakhiri hari dengan makan ice cream di pinggir jalan. Hhehehe ^^. Gilang mengantar pulang Bintang samapai ke rumah, niat ingin bertemu orang tua Bintang harus tertunda, karena tak ada orang dirumah,
“Cinta makasih ya udah mau nemenin aku cari kado buat mama”
“Namaku kan Bintang Lang, bukan cinta?”
“Ah…kamu diajak mesra gak mau… iya deh, makasih Bintang sayaaaankkk”
“Namaku Bintang Putri Hapsari, bukan Bintang sayaaaankkk”
“Yaudah deh. Aku pulang dulu ya Tang.”
“Iya Gilang sayaaankkk”
“Nah…gitu donk Tang, sekali kali buat aku seneng”
“Emang selama ini kamu nggak seneng tah Lang?”
“Seneng kok Tang, yaudah aku pulang dulu ya Tang” sambil melambaikan tangan pada Bintang.
“Hati hati Lang” Bintang membalas lambaian Gilang dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
Setelah pamitan, Gilang tersenyum mendengar jawaban dari Bintang. Dan lansung pulang. Bintang pun tersenyum pada Gilang dan menunggunya samapi tak dapat terlihat oleh mata Bintang lagi. Cinta Bintang terlalu tulus mungkin untuk Gilang, karena itulah apapun yang dikatakan oleh temanya tentang Gilang dia hanya berkata “Gilang pasti berubah”. Saking percayanya Bintang pada Gilang, dia mau Gilang berubah menjadi cowok lebih baik.
Malam itu adalah malam yang paling tragis buat Bintang. Saat dia ingin menuju ke supermarket untuk membeli makanan ringan dia tertabrak mobil yang ada didepannya. Saat itu juga Bintang dilarikan ke Rumah Sakit yang ada didaerah tersebut. Keluarga Bintang yang tau hal itu langsung menuju ke Rumah Sakit.
“Dokter, bagaimana keadaan anak saya Bintang? Apakah dia baik baik saja?” tanya ayah Bintang yang terlihat sangat cemas begitu juga dengan ibunya.
“Saya belum bisa memastikan keadaan anak bapak sebelum vdia siuman. Jadi teruslah berdoa untuk anak bapak” kata sang dokter.
“Baiklah dok, apakah kami boleh menjenguknya?”
“Tentu, silahkan!”
Saat itu juga ibu bintang langsung menagis dan memeluk anak semata wayangnya itu. Tak terkecuali ayahnya yang mencoba menenangkan ibunya
“Yah, Bintang yah… anak kita akan baik baik saja kan yah?”
“Bunda tenang ya, Bintang anaknya kuat. Dia akan baik baik saja.
Pagi itu sekolah terlihat sepi, tak seperti biasanya. Temen teman Bintang menanyakan kenapa Bintanhg tidak masuk, tapi tidak ada satu pun yang tau kenapa Bintang tidak masuk. Termasuk Gilang.
“Lang, si Bintang kemana? Hari ini ka nada rapat eksul?” tanya Irma salah satu teman Bintang di eksul basket.
“Nggak tau Ma. Dari tadi dah aku telfon tapi nggak diangkat, aku sms juga nggak dibales” jawab Gilang.
“Apa kita temui dirumahnya aja ya Lang? takutnya ada apa apa sama Bintang” kata Hadiq sang ketua eksul.
“Iya, aku juga takut terjadi sesuatu sama Bintang”
Dan pada siang harinya setelah pulang sekolah, mereka mendatangi rumah Bintang yang sengat sunyi.
Tok…..tok……tok…..
“Assalammu’alaikum……”
“Dek nyari Bintang ya?” tanya tetangga Bintang yang kebetulan lewat di depan rumah Bintang.
“Iya bu, kok rumahnya sepi, Bintangnya kemana ya bu?” tanya Gilang.
“Bintangnya diRumah Sakit nak, habis kecelakaan kemarin malam. Dan orang tuanya pun juga disana untuk njaga dia”
“Kecelakaan????” Gilang sontak kaget.
“Terima Kasih bu” kata Irma dan Hadiq.
“Iya sama sama nak, ibu permisi dulu”
Irma dan Hadiq masih tak percaya kalau Bintang kecelakaan, apa lagi Gilang kekasihnya. Gilang binggung kenapa dia tidak diberi kabar tentang Bintang, padahal orang tua Bintang juga sudah mengenalnya. Banyak pertanyaan yang ada di pikirannya, apakah Bintang terluka parah? Apakah Bintang baik baik saja? Semua itu mengganggu pikiran Gilang, hingga pada akhirnya mereka bertiga sampai di Rumah Sakit.
“Lang, dah samapai ayo masuk, jangan melamun saja” kata Hadiq.
Gilang hanya mengangguk dan keluar dari mobil bersama Irma dan Hadiq. Sampai disana ternyata orang tua Bintang ada diluar, jadi Gilang mudah mencari kamar Bintang. Pada akhirnya mereka bertiga menghampiri kedua orang tua Bintang, untuk mengetahui apa yang terjadi dengan Bintang.
“Dok, bagaimana Bintang?” tanya ayah Bintang.
“Anak bapak kemungkinan besar tidak dapat melihat lagi karena benturan keras yang terjadi dikepalanya” jawab dokter dengan berat kata.
“Apaaaaa?” kata Gilang seperti tidak percaya.
“Nak Gilang” kata ibu Bintang yang menoleh kea rah Gilang.
“Nggak….itu pasti salah. Yang dibilang dokter pasti salah”
“Lang kamu yang sabar Lang, jangan kayak anak kecil gini” kata Hadiq mencoba menenangkan emosi Gilang.
“Iya nak Gilang, Bintang pasti tidak ingin kita semua disini sedih. Karena nanti Bintang juga akan sedih” kata ayah Bintang.
Mereka semua mencoba untuk tegar sebelum menemui Bintang yang sudah mulai siuman. Sebelum Bintang membuka mata, mereka sudah berada disampingnya, terutama Gilang yang ada disisi Bintang untuk memegang tangan kekasihnya itu. Dan saat Bintang membuka mata……….
“Bintang kamu sudah sadar?” kata ibunya sambil menagis.
“Bintang dimana? Kenapa gelap? Apa mati lampu Bun? Bunda dimana?” tanya Bintang yang terlihat binggung sambil mengedip ngedipkan matanya berulang kali.
“Sayank Bunda disini” kata ibunya Bintang lagi sambil memeluk Bintang disisi lain.
“Bunda Bintang nggak bisa lihat bunda. Bunda yang pegang tangan Bintang ini siapa? Bunda kenapa Bintang nggak bisa lihat?”
“Ada Gilang disana sayank. Gilang yang megang tangan Bintang. Bintang yang sabar ya?” ibu Bintang tak kuasa menahan tangis.
“Lang, bilang sama aku kenapa bunda nangis Lang? dan kenapa aku nggak bisa lihat?” tanya Bintang.
“Tang, kamu yang sabar yah!!! Allah punya rencana yang baik buat kamu nanti Tang”
“Apa yang terjadi sama aku Lang? apa aku nggak bisa lihat lagi? Aku buta Lang? jawab Lang?”
Gilang hanya diam dan memegang tangan Bintang erat erat. Tak hanya Gilang tapi semuanya, orang tua Bintang, Hadiq dan Irma pun hanya diam. Bintang tau sekarang bahwa dia tak bisa melihat karena kecelakaan itu. Tapi kata dokter itu tidak permanent dan hanya sementara, tapi tak tau sampai kapan. Setidaknya harapan bintang untuk sembuh masih ada. Dia menjalani hari harinya dengan kegelapan, namun siapa yang tau dia masih bisa tersenyum dan tegar. Justru orang orang yang disekitarnyalah yang tak setegar Bintang. Saluuuut!!!!!
“Lang, tumben nggak ngajak Bintang kesini?” tanya Irma.
“Nggak Ma, kasihan Bintang kalo aku ajak jalan jalan terus. Biar dia istirahat dirumah saja”
“Oh…. Eh Hadiq mana sih? Nggak nongol dari tadi?”
“Waaaahh, ngapaen kamu nyari dia? Kangeeeen yah?” Cileeeeeee suka kamu sama dia?”
“Ah kamu itu Lang” kata Irma dengan muka merah.
Sepertinya Irma punya rasa sama Hadiq, tapi tidak seperti itu. Nyatanya Irma suka sama Gilang, namun dia tau Gilang dan Bintang masih pacaran. Sulit mugkin rasanya buat Irma menerima semua itu, tapi memeng kenyataanya seperti itu. Cinta Gilang yang tulus buat Bintang bisa dirasakan Irma dari perhatian Gilang ke Bintang, tatapan mata Gilang, cara bicara Gilang. Dan Irma harus rela dan menerima semua itu.
Di suatu sore hujan turun membasahi bumi. Gilang yang rencana pengen ke rumah Bintang harus sabar untuk menunggu hujan itu reda. Karena Gilang mendapat kabar bahwa Bintang bisa ngeliat lagi, Bintang uda sembuuuuh.
Saat hujan sudah reda, Gilang langsung cabut menuju rumah Bintang. Gilang berharap dia bisa melihat senyuman Bintang disana nanti. Namun ternyata kenyataan tak seperti yang diharapkan Gilang, saat dia sampai dirumah Bintang dia melihat baynyak orang disana. Pikiran Gilang kacau, dia harap tak ada apa apa.
“Gilaaaang” panggil Hadiq.
“Kok kamu disini Diq? Irma juga?”
“Lang, yang sabar yah…..” kata Irma.
“Sebenarnya ada apa sih? Ada apa?”
Hadiq hanya diam dan mengajak Gilang kedalam. Di dalam ruangan hanya terisi orang orang yang melantunkan ayat ayat suci Al Quran. Gilang merasa perasaannya gak enak. Dan akhirnya mereka sampai diruang tengah. Gialng pun terpaku waktu melihat seseorang yang terbaring kaku diselimuti kain berwarna putih. Dia harap itu bukan Bintang, kekasihnya. Namun ternyata itu memang Bintang.
“Bintang…..” Gilang memanggil lirih disamping Bintang.
“Tang…… maafin aku yah? Aku baru bisa dateng, aku gak ada disamping kamu saat kamu sendiri, aku gak ada disamping kamu saat terakhir watu kamu didunia, yang kan selalu kamu tau, aku akan tetap dihatimu sampai nanti aku menyusulmu di surgaNya Allah, aku bawa bunga mawar putih buat kamu walau aku tau kamu nggak suka sama bunga, ini buat kamu Bintangku”
Hujan yang tadi reda kini mulai membasahi bumi lagi, mengiringi kepergian Bintang, dan mengiringi kesedihan Gilang yang kehilangan Bintang untuk selama lamanya……
“Nak Gilang, coba sini sebentar…” panggil ibunya Bintang.
“Ada apa tante?”
“Bintang titip ini buat kamu….” Secarik kertas diberikan ibunda Bintangt pada Gilang.
“Makasih tante” kata Gialng. Ibunda Bintang hanya tersenyum.
Sore itu setelah hujan reda semua orang siap mengantarkan Bintang ke tempat dimana dia akan disana selamanya. Gilang hanya tertegun sambil berjalan mengiringi Bintang. Gilang masih tak percaya akan apa yang terjadi pada Bintang. Dia masih merasa bersalah pada Bintang. Setelah Bintang dimakamkan langitpun kembali cerah dam matahari muncul untuk menutup hari itu.
Senja dipemakaman Bintang, tampak Gilang masih disana. Dan Gilang membaca surat terakhir dari Bintang….

Dear Cinta…..
Cinta, aku tau waktu Cinta baca surat ini pasti Cinta nangis kan? Cinta jangan nangis ya…. Aku gak suka liat Cinta sedih….
Cinta…. Aku sangat bersyukur aku bisa masuk kedalam kehidupan kamu Cinta, masuk dalam kisah Cintamu, meskipun awalnya aku tak mengira kita bisa bersama Cinta… tapi ketulusan Cintalah yang membuat aku sekarang seperti ini….
Cinta, aku gak tau kenapa kamu selalu menemani aku, sedangkan aku jahat benget udah ninggalin kamu sekarang, Cinta pasti marahkan sama aku? Gak papa Cinta, aku tau.. Cinta, aku masih inget waktu kamu nyanyiin lagu AKU BUKAN PILIHAN HATIMU untuk aku sambil maen gitar, aku seneng banget Cinta…. Dan dari setiap malem, cuma lagu itu yang nemenin aku terjaga sampai aku terlelap. Puisi Cinta pun masih aku simpan kok…
Cinta sampai kapankah kamu akan menemani aku? Asal kamu tau Cinta, walaun aku sudah gak didunia lagi, aku tetap akan ada buat kamu…. Dan semoga kita bisa bertemu disurgaNya Allah nanti ya Cinta……
Cinta aku tulis semua yang aku pengen bicarain sama kamu disebuah buku yang ada dikamarku, Bundaku yau buku itu….. kalo kamu mau bicara sama aku, kamu bisa nulis disitu Cinta…. Karena waktu aku gak bisa bicara langsung sama Cinta aku nilis disitu Cinta….
Cinta nyanyikan lagu indah sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali…..nyanyikian lagu indah tuk melepas ku pergi dan tak kembali……..
Aku pengen kamu nyanyi stu lagu buat aku Cinta……
Cinta…… aku akan selalu menjadikan dirimu kekasih hati yang akan kun anti sampai kita bisa bertemu lagi………….
Salam sayang Bintang………. untuk Gilang……………

Setelah melihat surat itu, Gilang langsung mencium nisan Bintang dan menitikkan air mata…. Gilang memang tak kuasa untuk kehilangan Bintang. Saat Gilang tau Bintang sudahb sembuh dan bisa melihat itu dua minggu sebelum kepergian Bintang. Namun saat itu Gilang sedang di Jogja bersama keluarganya. Dan Gilang baru bisa pulang saat Bintang telah pergi.
Bintang pergi karena dia terlalu lama berada diluar rumah saat hujan turun, bahkan dari pagi sampai pagi lagi, dan pada akhirnya dia pergi………………..
Malam itu Gilang selalu melihat sms Bintang yang berbunyi “Nyanyikan lagu indah sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali….. Nyanyikan lagu indah tuk melepas ku pergi dan tak kembali……..”. Malam itu pula langit cerah dan bintang bersinar. Gilanng tau bahwa kekasinya suka sekali dengan Bintang yang ada dilangit, lalu dia keluar dengan membawa gitar sambil duduk diteras dan berkata……
“Bintang…… aku bisa liat kamu selalu bersinar dimalam hari itu adalah kado teribdah buat aku…… jadi bolehkah aku mohon padamu Bintangku….. bersinarlah untukku selamanya…… seperti lagu yang ingin aku nyanyikan untuk kamu………… ini lagunya……

cinta adalah misteri dalam hidupku…. yang tak pernah ku tahu akhirnya……
namun tak seperti cintaku pada dirimu… yang harus tergenapi dalam kisah hidupku
ku berharap abadi dalam hidupku…. mencintamu bahagia untukku….
karna kasihku hanya untuk dirimu…. selamanya kan tetap milikmu
ku ingin slamanya mencintai dirimu sampai saat ku akan menutup mata dan hidupku
ku ingin slamanya ada disampingmu menyayangi dirimu samapai waktu kan memanggilku

Bintang tetaplah hidup untukku…….walau kau tak lagi hidup didunia ini…….”
Dan pada akhirnya Gilang selalu menuliskan semua tentang Bintang kekasihnya dibuku yang diberikan Bintang untuknya. Dan Gilang bahagia dengan semua itu, karena dia masih bisa menorhkan kisahnya dan menceritakannya lewat buku itu.