Jumat, 25 Juni 2010

Semua Tinggalah Kenangan

By : Lumiere des etoiles

Kelurga Chanka terdiri dari Ayah, Bunda, Rosa(SMA), Chanka(SMP), Ansya(SMP) dan Dito(SD). Memang bukan keluarga berencana tapi mereka adalah keluarga yang unik. Dari Rosa yang suka berbisnis, Chanka yang suka dengan musik, Ansya yang gemar mengutak-atik mesin dan Dito yang hoby dengan mancing serta memelihara binatang.
Udara pagi itu serasa sejuk. Minggu pagi yang cerah. Suara adzan subuh telah usai dan waktunya sholat berjamaah dengan keluarga.
“Chanchan, buruan wudhu, yang lain udah siap nih” panggil Rosa yang tak lain adalah kakak Chanka.
“Iya tungguin bentar” jawab Chanka buru-buru lari ambil air wudhu.
Selesai sholat mereka lalu bersalaman. Setelah merapikan semua peralatan sholat, mereka duduk-duduk bersama didepan TV sembari menunggu kegiatan rutinitas hari minggu pagi yaitu merawat bunga-bunga dihalaman rumahnya.
“Uummmm, harumya bunga mawar dan bunga melati ini” kata Chanka dalam hati sambil menghirup bau bunga itu. Tiba-tiba Chanka memekik kesakitan saat hendak mengambil guguran daun mawar yang ada disalah satu batang bunga tersebut.
“Kamu gak apa-apa kan Chan?” tanya Bunda yang tersirat sedikit kekhawatiran terhadap anak keduanya tersebut.
“Aku gak apa-apa cuma kena duri tadi” jawab Chanka sembari memencet jari tangannya yang tertusuk duri.
“Ya udah lain kali lebih hati-hati ya, bunga mawar itu bisa di ibaratkan orang Chan, awalnya memang enak dipandang dan terlihat menarik tapi kadang belum tentu ia baik karena mempunyai duri yang tajam yang sekalinya menusuk itu sakit. Jadi jangan pernah melihat sesuatu dari luarnya, tapi dari hatinya. Ini sebuah pelajaran untukmu. Sekarang kamu ikut merawat bunga dengan yang lain dan Bunda akan masak untuk sarapan nanti” kata Bundanya dan Chanka hanya mengangguk menuruti kemauan Bundanya.
“Ayo saatnya sarapan anak-anak! Bunda masak makanan kesukaan kalian yaitu Nasi Goreng.” kata Bunda sembari tersenyum.
“Wah enak tuh Bun, masakan Bunda paling TOP deh!” kata Antya sambil mengacungkan jari jempolnya.
“OK, aku setuju dengan ucapanmu kak” sambung Dito tak mau kalah.
“Udah-udah ayo cuci tangan dulu, terus berdoa dan setelah itu makan deh! Buruan aku udah lapar seh” seru Rosa sambil tertawa.
Suatu malam Chanka memikirkan kata-kata Bundanya yang lalu saat ia terkena duri mawar. Kata-kata itu yang telah membuat Chanka mengerti tentang bagaimana cara menghargai seseorang dan tak pandang bulu serta tentang penilaian seseorang yang tak dilihat dari segi penampilan tapi dari dalam hati. Kata-kata yang indah yang akan selalu dikenang dan pasti akan dibutuhkan dalam hidup Chanka. Sungguh Bunda yang baik dan sempurna menurut Chanka walaupun dia tau tak ada orang yang sempurna di dunia ini.
Kkkkuuuukuruyuuuu……………………………
“Chaca… Chanchan… Yaya… Toto… buruan bangun nak! Ayo sholat lalu mandi, nanti telat lho ke sekolah!” panggil Bunda membangunkan mereka.
“Iya Bunda sayang” jawab mereka serempak.
Setelah selesai sholat. Lalu mereka mandi bergantian dan setelah itu sarapan pagi bersama. Sebelum Ayah, Chanka dan Antya berangkat mereka semua saling berpamitan. Seperti biasa Rosa berangkat bersama temannya dan Dito diantar Bunda ke sekolah.
“Hay teman-teman” sapaku pada teman-teman dekatku.
“Hmmm, semangatnya pagi ini, emang ada apa?” tanya Winez pada Chanka.
“Gak apa-apa tuh, emang gak boleh apa orang semangat?” jawabku sambil tersenyum mengejek.
“Ya gak apa-apa sih” sambung Zhila.
“Udah ah, lupain aja. Kita fokus sama pelajaran hari ini aja. Ok!” kataku sambil mengedipkan mata pada teman-temanku.
Chanka, Winez dan Antya memang telah berteman baik. Sepulang sekolah mereka dan Ansya bersama-sama pulang naik bus kira-kira 17Km, bedanya Chanka dan Ansya setelah turun dari bus harus naik angkot sekitar 2Km dari jalan raya jalur bus untuk mencapai rumahnya.
“Sekarang ganti baju, sholat, makan lalu tidur, nanti malam belajar” kata Bunda sampai mereka hafal karena setiap hari selalu itu-itu aja.
“Iya Bunda” jawab mereka singkat, karena mereka ingin seperti teman-teman yang lain bisa main bersama saat siang bukan seperti mereka yang selalu dirumah.
Suatu sore sekitar pukul 16.00, hujan turun cukup deras disertai listrik padam. Keluarga berkumpul didepan rumah. Chanka, Antya dan Dito hanya dapat bermain-main air diteras dengan wajah yang sedih, berbeda dengan teman-teman yang lain berlari-lari bermain hujan-hujanan tanpa ada beban pikiran dan hanya rasa senang karena bisa bermain bersama saja yang mereka rasakan.
“Kalau kalian mau, main aja situ tapi sebentar aja dan dihalaman aja” kata Bunda sedikit tersenyum.
“Beneran? Emang Bunda gak marah?” tanya Dito sembari mengerutkan dahi.
“Kalian main atau Bunda gak jadi ngijinin nih?”
“Iya deh, Makasih Bunda” jawab mereka bertiga bersahutan.
Akhirnya mereka bisa ngerasain ujan-ujanan setelah beberapa tahun belakangan ini udah tidak pernah main ujan-ujanan. Terakhir main saat air sungai meluap waktu Chanka kelas 5 dan selisih dengan adiknya 2 tahun. Saat Chanka hampir terlelap, ia tahu kalau Bundanya menangis disamping anak-anaknya. Memang sedisiplin dan sekuatnya seorang Ibu, pasti ada sisi dimana rasa sayangnya ke anak-anaknya itu besar dan rasa tidak tega itu pasti ada.
“Bangun sayang….. buruan sholat!”
“Pagi Bunda, iya..” jawab mereka.
Selesai sholat mereka melakukan rutinitas seperti biasa. Tapi perasaan Chanka tak enak pagi itu, entah apa artinya.
“Hay……” sapa Chanka kepada teman-temannya dengan wajah yang tak jelas.
“Kenapa kamu? Kemarin perasaan biasa aja, tapi kok sekarang……” kata Winez tak melanjutkan pertanyaannya.
“Gak tauw nih, napa aku ngerasa gak enak. Tapi udahlah hari ini kita senang-senang aja, ketimbang aku pusing ndiri gini” jawabnya.
Hari itu mereka bernyanyi-nyanyi dan bermain bersama teman-teman yang lain pula, malah mereka sempat juga menjahili temannya. Tapi disaat pelajaran tengah dimulai tiba-tiba Chanka dipanggil oleh seorang Guru dari luar kelas, ia dan adiknya dijemput karena ada sesuatu hal yang penting. Ditengah jalan semua diam. Suasana hening itu berubah menjadi iak tangis penjemput mereka. Entah apa yang telah terjadi.
Chanka dan Antya bergandengan erat takut melihat keadaan rumah ramai orang memakai baju berwarna hitam dan banyak karangan bunga. Saat mereka di dalam rumah, mereka disuruh ganti dan saat itu banyak orang menangis mereka bingung, akhirnya mereka diberi tahu oleh salah seorang tetangga mereka kalau Bundanya meninggal karena kecelakaan. Saat itu yang dirasakan tulang seperti tak kuat lagi menyangga tubuh mereka, mereka terkulai lemas tak berdaya, air yang dicoba ditahan akhirnya tak kuat lagi terbendung, tak percaya adalah satu hal yang mereka tahu.
“Bundaaaaaaaaaaaaa………………..!!! jangan pergi, jangan tinggalin kita disini sendiri” teriak Chanka yang setelah itu dipeluk oleh tante Rena (teman kerja Ayahnya) .
“Udah sayang, ikhlasin Bundamu pergi nak! Ini memang sudah takdirnya dan ini sudah waktunya Bunda pergi. Bundamu orang yang baik sayang. Lihat nak, bukan cuma kamu yang merasa kehilangan. Keluarga, kerabat bahkan tetangga-tetangga kamu juga merasa kehilangan Bundamu sayang. Mereka peduli dengan kalian” kata tante sambil terisak tangis.
4 hari setelah itu, mereka tetap saja masih saja menangis. Memang berat kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup ini, terutama Ayah dan Ibu. Rosa, Chanka, Antya dan Dito malam itu berangkat untuk tidur. Mereka menemukan sebuah surat dari seseorang yang tak lain adalah kakak Bundanya.



Apakah semua kenangan kalian bersamanya selama ini akan terasa lebih indah jika saat kalian terpuruk dalam sepi? Melihat orang-orang yang dicintai dan disayangi dalam keterpurukan dan kesedihan adalah sebuah saat terburuk untuknya. Kalian adalah malaikat kecil yang dikirim oleh-Nya untuk membuatnya tak takut akan kematian. Ia akan selalu ada dihati kalian. Ia tak akan pernah pergi dari hati kalian, walaupun ada penggantinya sekalipun. Bangunlah anak-anakku, jangan buat ia bersedih. Selalu tersenyum dan ramah terhadap orang-orang yang ada disekeliling kalian. Masih banyak orang yang peduli dengan kalian.
Love,

BUDE



Semenjak mereka mendapat sepucuk surat itu mereka sadar bahwa hidup tak ada yang abadi. Menghargai, menghormati dan menyayangi keluarga terutama Ayah dan Bunda itu penting. Pengorbanan, cinta dan kasih sayang mereka selalu ada walaupun mereka tak memperlihatkannya.
*Mempunyai kedua orang tua itu harusnya lebih bersyukur dan menghargai, bukan membantah dan membuat sakit hati mereka, kebanyakan jaman sekarang mereka hanya mengikuti ego mereka. Mungkin memang benar kata orang, “kita akan mengerti sebesar apa rasa sayang seseorang kepada kita apabila kita telah kahilangannya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar